Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Cinta Kasih dan Nyamuk dalam Omong Kosong

9 September 2021   14:32 Diperbarui: 9 September 2021   14:35 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silakan nikmati sepuasnya sambil menyalurkan energi cinta kasih. Ikut bahagia melihat tubuh nyamuk-nyamuk yang mulai membesar. 

Apakah tidak takut kena demam berdarah? Terpikir saja. Namun saya bungkam dengan mengingat bahwa cinta kasih adalah obat mujarab. 

Saya menantang  sendiri untuk membuktikan. Apakah energi yang mengalir itu murni atau omong kosong. 

Dalam sekejap tubuh ini sudah dikerumuni nyamuk. Puluhan ekor atau ratusan. Persisnya saya tidak tahu. Susah menghitung, yang dibelakang tidak tampak, tetapi bikin merinding. 

Saya pikir para nyamuk juga punya semacam grup WhatsApp karena dengan cepat sekali mereka bisa berkumpul. Mungkin salah satunya menyebarkan berita ada manusia yang dengan ikhlas dan pasrah mendonorkan darah untuk para nyamuk. 

Bagaimana rasanya digigit nyamuk puluhan atau ratusan ekor? Rasanya? Silakan buktikan sendiri. 

Karena saya juga pernah melakukan semacam riset sederhana di kamar sendiri. Sengaja membiarkan nyamuk-nyamuk berkeliaran di kamar. 

Setiap meditasi saya saluran energi cinta kasih. Benar saja saya bebas dari gigitan. Saya tersenyum, berhasil. 

Namun berpikir lagi, apa ini bukan sama saja membiarkan mereka mati kelaparan. 

Bagaimana ini? 

Hidup memang selalu menghadirkan tanya dan dilema. Semua untuk menguji tingkat kearifan manusia. Semakin bijaksana atau malah tersesat dalam kebijaksanaan. Yang lebih celaka itu masalah lupa dan kehilangan kesadaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun