Kadang diam-diam spontan saya berlinang air mata dan penuh tanya. Apakah saya ini masih manusia?
Apabila masih manusia, di mana cinta kasih itu berada?
Ke mana mau mencari?
Padahal selama ini saya sering berbicara tentang cinta kasih. Bahwa manusia yang beragama harus memiliki cinta kasih. Sebab agama sejati itu adalah cinta kasih.Â
Ternyata semua memang omong kosong saja. Omong cinta kasih, ada penderitaan di depan mata pun takpeduli. Omong terus sampai lupa sudah kehilangan cinta kasih.
Beragama masih tega membenci. Tiada rasa melihat yang menderita. Apa arti beragama?Â
Setelah berlinang air mata baru timbul sedikit cinta kasih. Lantas mewujudkan dalam perbuatan. Itu pun seadanya.Â
Akhirnya berlinang air mata kembali. Merasa diri masih kurang berlatih dalam hal ini. Sadar lagi.Â
Ajaran cinta kasih universal itu adalah mencintai semua makhluk. Ada lagi pesan para bijak, melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.
Saya pun mencoba melakukan hal kecil bermaksud menyertai dengan cinta yang besar pada makhluk yang kecil pula. Nyamuk.Â
Malam itu duduk dengan membuka baju saya siap menyerahkan tubuh ini pada nyamuk-nyamuk sebagai cara mendonorkan darah. Pasrah. Ikhlas. Membahagiakan para nyamuk.Â