"Harus sabar dan tetap berusaha agar berkenan bagi Tuhan. Jangan lupa banyak berdoa."
Kata-kata ini meluncur dari sosok lelaki dengan senyuman lembut. Ia dikenal sebagai pelayan Tuhan  dan penceramah.Â
Hari itu ia mendatangi rumah seorang umat yang sudah lama tak lagi muncul mendengar ceramah.Â
Ini cerita jauh sebelum ada pandemi. Jadi umat masih boleh rutin ke rumah ibadah.Â
Ia mengatakan demikian  karena umat itu sudah kehilangan pekerjaan  dan sedang kesusahan.Â
"Lapar, Pak."
Terdengar suara anak yang begitu lesu. Anak berumur lima tahun berwajah lusuh mendekati.Â
"Bapak juga lapar, Nak. Tunggu Ibu pulang barangkali ada membawa makanan."
Suara lelaki itu tak kalah lesu. Karena sedang ada masalah dengan kondisi tubuhnya. Sakit.Â
Penceramah itu menatap dengan penuh wibawa sambil mengangguk-angguk.Â
"Sabar, Pak. Dalam kelaparan akan semakin menguatkan iman. Tuhan pasti akan menolong. Tetap berharap pada Tuhan dan percaya."
Ia pergi dengan meninggalkan kata-kata penguatan agar lelaki itu dan anaknya tetap kuat menahan lapar.Â
Namun cerita berkata lain. Tak lama berselang penceramah itu mendapat kabar bahwa lelaki yang ditemui telah meninggal dunia.Â
"Sudah takdir," gumamnya, "sudah lepas dari derita dunia menuju surga."
Oh begitu?Â
@cermindiri 28 Agustus 2021Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI