Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amelia: Antara Cinta dan Omong Kosong

26 Agustus 2021   19:00 Diperbarui: 26 Agustus 2021   19:06 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: hanya ilustrasi, karena wajah Amelia terlalu istimewa untuk digambarkan/pixabay.com

Seorang panglima gagah perkasa di kayangan yang harus menerima hukuman dari raja langit dalam 1000 kelahiran akan menderita  karena urusan cinta. 

Semua gara-gara jatuh cinta pada pandangan pertama  sehingga berbuat di luar logika. 

Pat Kay,  sang panglima bernama Tian Feng  semasa masih di langit terpanah asmara  oleh dewi bulan, Chang E yang cantik jelita. Bukan berbalas cinta, tetapi justru mendapat hukuman turun ke dunia untuk menderita. 

Derita tiada akhir karena cinta. Duh, aku yang beberapa saat saja menunggu jawaban Amelia sudah merasa  sangat menyiksa. Tak terbayang bila harus sampai 1000 kelahiran menderita karena cinta. 

Hidup tiada yang dapat memastikan apa yang akan terjadi. Misteri selalu menyelimuti. Yang tidak diharapkan sekali pun bisa mengalami. Seperti berita hari ini. Amelia telah pergi.

Kenapa bisa begini? Bagai cerita sinetron di televisi yang sering kali sulit dimengerti. Kini aku alami sendiri. 

Derita yang ada masih menyelimuti, kini ada duka yang menyayat hati. Mengapa harus terjadi? Mengapa dia yang harus pergi? 

Aku kehilangan akal sehat untuk mempertanyakan takdir Ilahi.

Cinta yang pertama kali bersemi belum berbuah sudah harus mati. Seketika hatiku membeku, tetapi air mata mengalir tiada henti. 

Waktu terlalu singkat dalam kebersamaan ini dan aku tak dapat mengerti akan jawaban yang pasti. 

Amelia, engkau telah pergi. Izinkan cintaku hanya selalu untukmu sampai mati. Aku takkan jatuh cinta lagi. Cukup hanya padamu saja, janji. Biarlah semesta dengan segala isinya menjadi saksi. 

Beginilah bila seluruh rasa menguasai. Kata-kata mengalir bagai puisi. Tak pernah berpikir lagi. Bagai suara hati, tetapi juga bagai ilusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun