Apakah hinaan akan  membuat saya berhenti menulis sambil mengasihani diri sendiri?Â
Ada yang  bilang tulisan saya hanya curahan hati  yang membosankan.Â
Baiklah tuan, saya ganti menulis  jadi refleksi hati biar lebih keren dan berkenan.Â
Ada yang bilang tulisan saya hanya tulisan sampah yang tidak berharga.Â
Baiklah tuan, saya ganti menulis tentang  cara mengolah sampah sehingga bernilai permata.Â
Ada yang bilang tulisan saya picisan yang taklayak dibaca.Â
Baiklah tuan, saya tidak akan menangis karena hinaan, tetapi akan terus mencoba.Â
Ada lagi yang bilang tulisan saya kacangan sehingga membacanya pun alergi.Â
Baiklah tuan, kalau begitu jangan biarkan saya bosan  terus menulis agar suatu hari bisa menghasilkan tulisan bernilai. Bila tuan sudi berikan apresiasi.Â
Terima kasih tuan yang baik hati, saya malah lebih takut bila tuan bilang tulisan saya hebat dan bermutu tinggi. Karena ini yang bisa jadi membuat saya berhenti menulis lagi.Â
Ada hal yang mengganjal di kepala ini tentang tulisan terbaik dan bermutu. Seperti apa itu?Â
Ketika seorang anak yang baru belajar mampu menulis kata-kata, "Aku sayang Ibu".Â
Bagi saya inilah tulisan terbaik dan bermutu.Â
Memang, jangan menjadi pembenaran selamanya hanya bisa menulis, Â "Aku sayang Ibu" atau "Aku sayang Ayah".Â
Suatu hari nanti  boleh menulis seperti ini,  "Dalam setiap aliran darah dan rasa, mengingat pahala dan surga, Ibu dan Ayah, sayang dan baktiku  selamanya  padamu."Â
Oleh sebab itu, saya akan terus menulis sampai hinaan itu berhenti sendiri.Â
@motivasidiri 16 Agustus 2021Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H