Kebanyakan pertimbangan membuat apa yang kita perbuat bukan spontanitas lagi sehingga ketulusannya patut dipertanyakan.Â
Acap kali banyak kesempatan di depan mata untuk kita menjadi orang baik. Namun dengan tanpa merasa bersalah kita membuang kesempatan itu dengan sekian banyak alasan dan pembelaan diri.Â
Sebenarnya begitu mudahnya kita berbuat baik ketika ada yang membutuhkan. Yang menjadikan susah itu  kita merasa tidak membutuhkan untuk berbuat baik karena sudah merasa orang baik.Â
Jadi, baik-baik saja bila tidak melakukan hal baik di depan mata.Â
Kita berpikir untuk apa berbuat baik lagi bila hidup sudah baik-baik. Â Terlalu merepotkan kalau sering berbuat baik karena akan banyak kebaikan yang harus dilakukan lagi. Tidak akan habis.Â
Apabila orang tahu kita orang yang suka berbuat baik maka akan sering dicari-cari untuk diminta pertolongan. Repot, kan?Â
Berpikir lagi yang penting sudah pernah melakukan hal baik dan tahu berbuat baik itu baik. Bukankah ini sudah baik?Â
Akhirnya perbuatan baik itu sekadar jadi omong kosong. Orang lain berbuat baik hanya dijadikan omongan dan cukup merasa bangga dengan kebaikan orang lain.Â
Ya, seperti saya ini. Anaknya bergegas menolong orang lain bapaknya bergeming  dan hanya melihat dalam rasa bangga. Dasar tukang omong kosong.Â
@cermindiri 06 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H