Katedrarajawen  _Apakah Pencari Kebenaran akan menemukan kebenaran?
Seorang Pencari Kebenaran sudah melanglang buana, tetapi tak juga menemukannya. Ia justru menemukan kesalahan. Di mana kebenaran itu? Hadirkan penuh tanya.Â
Setiap pemilik kebenaran selalu mengatakan mereka yang paling benar sambil menyalahkan kebenaran lain. Merekalah pemilik kunci surga, yang lain akan dipanggang di api neraka.Â
Ada di atas mimbar mengagungkan keyakinannya sambil dengan bebas  menghina kebenaran lain atas nama ini untuk kalangan sendiri.Â
Ironis. Tatkala berbicara berhadapan dengan yang berbeda bicaranya manis. Pencari Kebenaran melihat  miris dengan hati teriris.Â
Pencarian Kebenaran tak berkenan menemukan kenyataan  mereka yang merasa sebagai pemilik kebenaran, tetapi kehilangan rasa.Â
Suatu hari melewati hutan nan sunyi Pencari Kebenaran bertemu seorang kakek tua dengan pakaian seadanya. Rambut tak terurus. Jenggot sudah memutih semua. Penuh senyuman. Wajahnya  seakan bercahaya terkena sinar matahari.Â
"Ini yang kucari," gumam Pencari Kebenaran, "salam kebenaran, Guru."
Sosok tua yang disapa guru mengangguk-angguk sambil membelai jenggotnya dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya menunjuk-nunjuk ke langit dengan jari telunjuk.Â
"Oh, Tuhan itu satu." Pencari Kebenaran ikut mengangguk-angguk.
"Benar-benar guru sejati," batin Pencari Kebenaran.Â
Lalu sang kakek tua mengalihkan telunjuk ke arah Pencarian Kebenaran tepat di dadanya.Â
Seketika seperti ada sengatan aliran listrik menyelimuti tubuhnya.Â
"Oh, ternyata! Ternyata kebenaran itu ada di dalam diriku. Selama ini aku sudah mencari ke mana-mana, pantas tidak bertemu. Bodohnya aku. Terima kasih, Guru. Engkau telah menunjukkan kebenaran tanpa kata-kata."
Sosok yang dianggap guru tersenyum, lantas tertawa membahana. Pencari Kebenaran melakukan hal yang sama. Kebahagiaan tak terkira menyelimuti dirinya.Â
Setelah memberikan hormat, Pencari Kebenaran ingin segera pulang membawa pencerahan.Â
Ketika singgah di sebuah warung, baru teringat ia lupa menanyakan  nama sosok yang telah menunjukkan kebenaran padanya.Â
"Maaf, Pak. Apakah Bapak tahu nama guru yang ada di hutan sana?" Pencari kebenaran menanyakan pada penjaga warung.Â
"Oh, yang di sana?" tangan penjaga warung menunjuk ke arah hutan, "itu namanya saya juga tidak tahu, tapi yang saya tahu kakek itu orang gila."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H