Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Usia 25

17 Mei 2021   22:21 Diperbarui: 18 Mei 2021   09:06 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika perjalanan hidup seseorang memasuki seperempat adalah  tentang karier dan kesuksesan masa depan,  saya malah meninggalkan semua itu.

Jalan spiritual menjadi pilihan, dengan risiko jauh dari hiruk pikuk keduniawian. Herannya sedikit pun saya tidak risau. 

Secara duniawi memang adalah pilihan bodoh yang  membuat saudara dan teman geleng-geleng kepala. Namun yang saya rasakan adalah kebahagiaan dapat menempuh jalan ini. Semacam panggilan hidup. 

Dibandingkan dengan kerja yang menerima gaji, justru  urusan kerja yang  tak menerima gaji ini alias sukarela lebih berat dan melelahkan. Hampir setiap hari dari pagi sampai tengah malam bergelut dengan segala kesibukan. 

Tak jarang pula disalahpahami, tetapi semua dijalani dengan bahagia. Karena apa yang dilakukan adalah mengikuti panggilan di jalan kebaikan.  

Melayani, tak menerima gaji, dan bekerja lebih berat satu pilihan hidup yang pernah saya jalani yang tak pernah saya sesali sama sekali. Di mana pada usia itu  semestinya digunakan untuk menggapai kesuksesan dan kemapanan hidup secara ekonomi. 

Kebahagiaan dan kesuksesan hidup tak semata diukur dari kemapanan secara ekonomi atau kedudukan. Walaupun kemudian jodoh di jalan spiritual ini berakhir ketika menemukan jodoh kehidupan. 

Pada Akhirnya

Hari ini, melihat anak-anak muda yang dahulu pernah saya bimbing berceramah sudah  begitu hebat bicara di atas mimbar hadir rasa bahagia. Walaupun diliputi juga rasa malu. Karena  sekarang saya jadi tidak ada apa-apanya. 

Hari ini, ketika bertemu mereka yang pernah saya bimbing masih memberikan rasa hormat, hadir rasa bahagia. Namun diiringi rasa malu. Karena saat ini saya bukan siapa-siapa lagi, walaupun gelar kehormatan masih tersemat.

Hari ini, ketika saya kembali melihat jejak-jejak  di masa lalu, ada menghadirkan rasa bangga. Walaupun hadir pula rasa malu karena langkah harus terhenti. 

Hari ini, tak perlu  ada yang disesali karena hidup ini tidak lepas dari jodohnya. Yang terpenting  di mana pun berada jangan lupa tetap meninggalkan jejak kebaikan.


Semoga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun