Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anies Baswedan dan Pelangi Hujat

27 Januari 2021   12:28 Diperbarui: 27 Januari 2021   13:48 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kini sudah menjadi takdir setiap Gubernur Jakarta akan menghadirkan pelangi hujat?

2012 Jokowi jadi gubernur namanya  kritik dan cela tiada henti. 2014 berganti Ahok malah semakin jadi. Hujat datang bertubi-tubi oleh  demo berjilid-jilid sampai masuk jeruji besi. 

2017 ganti Anies Baswedan yang menjabat Gubernur DKI. Hujat itu masih tak mau pergi. Tuduhan gubernur gak benar sampai tukang korupsi. Lem aibon, balapan mobil, tanah kuburan jadi amunisi. Sayangnya belum ada yang terbukti. Anies masih tegak berdiri. Dan masih memberi cat rumah warga Jakarta  bagai pelangi. 

Anies dihujat dari emak-emak, nenek-nenek sampai politisi. Mereka lantang bersuara penuh nyali.  Makin hari makin menjadi. Ada yang sampai lepas kendali. Bahasanya sampai bikin ngeri. Bulu kuduk  berdiri. Anies harus mengundurkan  diri. Pergi. Takada kompromi. 

Nyatanya apa yang terjadi. Anies mungkin hanya senyum-senyum  sendiri sambil ngopi. Ia sudah paham memang begini kondisi yang harus dihadapi.  Biarkan mereka menghujat sampai diam sendiri. Kelak, siapa pun yang jadi gubernur hujat sudah menanti. Bakal ada yang gagah berani memperjuangkan kebenaran dengan meniadakan nurani. 

Begini kondisi negeri saat ini. Hujatan sudah jadi makanan sehari-hari. Terus membara bagai api. Berbuah caci maki tanpa mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Keramahtamahan anak negeri hanya tinggal cerita kini. 

@rinrikhujan 27 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun