Katedrarajawen _Harapan adalah kehidupan. Hidup tanpa harapan adalah kematian. Aku boleh hidup dalam kemiskinan, tetapi tidak boleh hidup tanpa harapan.Â
Aku boleh tak punya apa-apa, tetapi tidak boleh tak punya harapan. Harapan lah yang membuat aku masih ada. Inilah kata- yang selalu kuingat.Â
Hari ini, aku ingin menuliskan harapan itu dalam haiku, puisi pendek  ala Jepang.Â
1/
Malam tlah tibaÂ
Bayangan pun tak tampak:
Merah di ufuk
2/
Langit berawan
Angin bertiup kencang:Â
Burung berkicau
3/
Hujan lebatnya
Air sungai meluap:
Bebek berenang
4/
Semut nan kecilÂ
Saling bekerja sama:
Jadilah rumahÂ
5/
Virus Korona
Kematian mengintai:
Vaksin Sinovac
6/
Angin bertiupÂ
Pohon-pohon pun tumbang:Â
Jangkrik bersuaraÂ
7/
Di rumah kecilÂ
Menahan rasa lapar:
Lilin menyalaÂ
8/
Gunung meletusÂ
Berlari ketakutan:
Segelas susuÂ
9/
Mati sepuluhÂ
Kesembuhan seratus:Â
Pulang ke rumahÂ
10/
Pandemi datangÂ
Resesi ekonomi:
Aku menulisÂ
11/
Di awal Maret
Kini sudah Desember:Â
Terang di langitÂ
12/
Hidup dan matiÂ
Ada silih berganti:
Seberkas sinarÂ
13/
Air pancuranÂ
Tetes demi tetesan:
Batu berlubangÂ
14/
Dunia berdebu
Benci marah bertikai:Â
Setetes embunÂ
15/
Selembar daun
Kering gugur dan jatuh:
Api menyalaÂ
Di dalam setiap haiku ini, ada harapan-harapan, bila ketika membaca meletakkan harapan itu dalam setiap kata yang ada. Kini kita menghidupkan harapan itu dalam setiap ingatan yang menjadi kekuatan.Â
@haiku 0101202
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI