Katedrarajawen _Apakah pencapaian yang paling bernilai dalam hidup ini? Tiba-tiba jadi orang kaya dengan menang lotere satu miliar rupiah?
Tentu itu bukan satu pencapaian. Sebuah pencapaian yang paling berharga ada usaha dan  ada menyertai dengan rasa terima kasih dan bersyukur.Â
Sebelum datangnya wabah Virus Korona, saya ada sedikit bermasalah dengan berat badan. Biasa normalnya 70kg, tetapi mulai awal 2020 beratnya perlahan mulai naik sampai mencapai 74kg.
Bila duduk dan makan sedikit kenyang perut terasa kurang enak dan dada  agak sesak. Benar-benar ada rasa yang tidak nyaman dengan tubuh yang mulai gemuk ini.Â
Ketika ada sedikit niat untuk diet pikiran sudah mulai menghalangi. Susah dan repot. Tidak bisa dan mulai muncul alasan. Soalnya nafsu makan saya ibarat anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan. Terasa lapar sedikit langsung makan. Akibatnya itu, berat badan mulai mengkhawatirkan.Â
Benar  yang dikatakan bahwa dibalik bencana ada hikmahnya. Nah, saat pandemi mulai datang, seketika timbul niat untuk hidup sehat dengan mengubah pola makan dan juga dengan rutin berpuasa.Â
Saya mulai mengurangi makan nasi dan minum kopi yang bergula. Sarapannya minum jus buah dan ubi rebus. Dalam sehari hanya makan nasi sekali dengan sayur yang direbus. Sekalian juga mengurangi bumbu masak.Â
Hasilnya secara nyata terlihat menggembirakan. Tubuh mulai langsing. Karena dalam seminggu secara pasti turun satu kilogram. Sebulan empat kilogram. Celana mulai kendur. Perut sudah tampak rata. Jadi awet muda hahaha.Â
Melihat kondisi saya tidak sedikit rekan kerja yang memuji atau minta resepnya untuk menurunkan berat badan seperti yang saya lakukan. Namun ada juga yang curiga saya memakai obat pelangsing yang harganya bisa mencapai ratusan ribu sampai jutaan rupiah untuk satu paket. Seperti ada rekan kerja yang melakukan.Â
Saya jawab, "Rugi-rugi amat pakai obat pelangsing kalau bisa dengan pola sehat bisa menjadi langsing."
Walau kadang suka tersesat juga dengan makan goreng-gorengan. Bagaimana tidak tersesat sekali makan bisa sampai kenyang? Bersyukur berat badan tetap turun dan sampai saat ini  beratnya  tetap stabil, yakni 65kg.Â
Bisa jadi ini adalah pencapaian  yang tidak berarti bagi mereka yang badannya sudah langsing. Namun buat orang-orang yang ingin menurunkan berat badan, bisa langsing sungguh pencapaian yang luar biasa.Â
Di pabrik banyak rekan kerja yang perutnya tampak seperti hamil. Tidak wanita saja, pria juga. Mereka melihat saya bisa cepat langsung sampai bertanya, "Lu kok bisa ya? saya mau turunin  kok susah amat sih?"Â
Mendengar hal ini, bagaimana saya tidak bangga? Tidak setiap orang bisa melakukan. Ada yang melakukan, tetapi tetap mengalami kegagalan.Â
Kadang niat dan tekad saja tidak cukup untuk mencapai sebuah tujuan. Yang terpenting adalah konsistensi. Tidak hanya semangat di awal, lalu loyo dan melupakan tujuan.Â
Jadi, pencapaian sekecil apapun tetapi membutuhkan ketaatasaan, tidak mudah menyerah ketika menemukan sedikit ketaknyamanan. Â
Demi sebuah pencapaian rasa syukur adalah yang paling utama. Ya, seperti yang saya alami saat ini dengan berat badan yang mendatangkan rasa nyaman penyakit pun enggan mampir.Â
Namanya sesekali mengalami kurang sehat rasanya masih wajar, apalagi masih tetap bisa melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.Â
Siapa  pun kita sekali lagi, kita patut bangga atas apapun pencapaian yang bermanfaat. Karena itu bukan keberuntungan, tetapi hasil dari sebuah konsistensi. Untuk konsisten itu tidak setiap orang bisa melakoninya, bukan?
Salam sehat selalu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI