Sepele, tetapi sangat fatal kesalahannya. Padahal selama ini sudah merasa  tidak ada yang salah. Karena yang benar  seharusnya kata yang digunakan adalah meneladan yang maknanya meniru atau mencontoh.Â
Dalam keseharian juga saya terbiasa memilih makan nasi dahulu baru kemudian makan buah untuk cuci mulut. Mengapa? Karena saya berpikir ini adalah cara yang benar dan tidak ada yang salah  dengan kebiasaan ini. Masuk akal pula.Â
Saya tidak merasa ada yang  salah dengan ritual yang sudah menahun ini. Saya tidak menyadari bahwa yang benar itu lebih baik makan buah dahulu baru makan nasi sehingga buah yang dimakan lebih memberikan manfaat. Tentu hal ini saya tahu kebenarannya setelah membaca berbagai referensi.Â
Hal sederhana juga adalah selama ini dengan memberi saya merasa sudah baik. Apalagi seperti sudah didokrin dengan semakin banyak memberi uang maka akan semakin banyak menerima uang pula.Â
Jadi, di otak ini sudah tersimpan dengan baik memori hari ini saya akan memberi 10 ribu rupiah, besok Tuhan pasti akan mengganti 100 ribu rupiah. Ketika saya tidak mendapatkan balasan seperti yang dimaksud lantas kecewa.Â
Saya tidak sadar balasan itu tidak harus dalam nilai rupiah. Bisa dalam bentuk rezeki yang lain yang nilainya takbisa dibandingkan dengan uang. Inilah kebodohan kita, saya maksudnya, Â memahami kebenaran dalam hal berbuat baik.Â
Pernah berdebat keras dengan seseorang sebab merasa sudah benar? Saya pernah, sampai menjurus pakai sumpah segala. Ya, karena yakin tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan.Â
Suatu hari istri membutuhkan suatu barang  dan menanyakan keberadaannya. Saya dengan yakin menjawab tidak pernah membawa ke tempat kerja.Â
Istri memastikan pasti dibawa oleh saya. Karena sudah mencari seisi rumah tidak ada. Saya juga memastikan tidak pernah membawa barang itu. Ya sudah, secara guyon saya mengatakan paling barang itu diambil hantu.Â
Tidak lama kemudian memang sudah takdirnya, tanpa sengaja saya membuka ember yang ada  di kamar. Ternyata barang yang dicari-cari istri itu berada di dalamnya.Â
Saya sendiri juga tak habis pikir. Mengapa barang itu berada di situ. Benar berarti ada hantu yang mengambil sepertinya. Ya, jelas hantunya itu pasti saya. Tidak mungkin orang lain.