Ayah yang Tidak Lelah BerjuangÂ
Tidak terpikir lagi untuk menyalahkan Ibu yang lalai menjaga saya. Segera Ayah menolong saya dengan pengetahuan yang beliau miliki untuk menyelamatkan orang yang tenggelam di sungai.Â
Ayah menggendong saya dengan posisi terbalik. Tujuannya agar air yang tertelan oleh saya bisa segera keluar. Beliau berlari mengelilingi rumah tanpa lagi memikirkan kondisinya. Tidak ada rasa lelah untuk menyelamatkan saya.Â
Setelah beberapa kali berkeliling tidak ada tanda-tanda saya akan selamat. Orang-orang yang mulai berdatangan untuk melihat pun sudah geleng-geleng kepala. Apalagi melihat kondisi tubuh saya yang sebagian sudah membiru. Seakan hendak mengatakan tidak ada harapan dan relakan.Â
Usaha yang Tidak Putus Asa Memberikan Harapan IndahÂ
Namun Ayah tidak peduli dengan keadaan saya yang sudah dianggap mati oleh orang-orang yang melihat. Vonis kematian tak membuatnya putus asa.Â
Ayah terus menggendong saya sambil berkeliling tetap dengan posisi terbalik. Tekadnya hanya satu agar kematian itu tidak terjadi. Anaknya harus hidup kembali. Tidak dengan pasrah dan ikhlas menerima kematian ini.Â
Akhirnya itulah yang terjadi. Harapan kehidupan muncul ketika saya  memuntahkan air yang mengisi perut saya sampai kembung. Itulah awal kehidupan kembali setelah sudah dianggap mati.Â
Setelah itu tanda-tanda kehidupan semakin jelas. Saya mulai bisa menangis. Kenyataannya memang saya selamat.Â
Ini bisa terjadi berkat keteguhan hati Ayah yang tidak peduli dengan kenyataan saat itu. Namun peduli dengan keyakinannya untuk "menghidupkan" anaknya kembali.Â
Bukankah perjuangan Ayah ini lebih dari layak sebagai seorang pahlawan? Terima kasih Ayah, Terima kasih Tuhan yang terus  meneguhkan hati Ayah untuk tiada henti  berusaha tanpa putus asa.Â