Katedrarajawen _Namanya kecelakaan, pasti tidak akan menyenangkan siapapun. Yang pasti akan membuat susah, menderita, dan mengalami kerugian.Â
Namun di balik semua itu, bila masih ada kejernihan pikiran, maka akan menemukan keuntungan. Kemudian menghadirkan rasa syukur, walau ada luka dan darah.Â
Seperti apa yang saya alami. Sepeda motor yang saya kendarai menghantam lubang. Seketika saya tidak ingat apa-apa.Â
Begitu sadar dan berdiri, spontan saya masih merasa beruntung. Selamat dari takdir yang menimpa. Beruntung ada yang segera menolong. Lalu masih bisa melanjutkan perjalanan pulang.Â
Selain itu masih ada beberapa keberuntungan  yang menjadi catatan:
Untung Tidak Ada Mobil di Belakang
Saat  saya bangkit berdiri, seseorang yang membantu mendirikan posisi sepeda motor berkata,"Untung tidak ada mobil di belakang. Kalau ada lumayan juga."
Saya lantas sedikit membayangkan, bila ada mobil di belakang yang ikut melaju kencang. Apa yang akan terjadi?Â
Ah, entahlah. Saya tidak mau terus membayangkan. Lebih memilih cepat-cepat untuk bersyukur. Saya mengatakan tidak apa-apa dan baik-baik saja. Ketika ditanya orang yang menolong bagaimana kondisi saya.Â
Untung Tidak Jadi DiurutÂ
Saat bersama  anak ke rumah tukang urut yang biasa kami pergi, ternyata tetangganya ada acara pengajian. Ia meminta agar satu jam balik kembali.Â
Sebenarnya ada perasaan  kecewa sambil menahan sakit. Ya sudahlah.Â
Setelah mencari tempat alternatif dan hasilnya sama. Kebetulan tulang urutnya juga  ada acara pengajian.Â
Mau tidak mau balik lagi ke tempat semula. Ternyata acara belum selesai. Terpaksa menunggu. Entah sampai kapan?Â
Anak kemudian berusaha menanyakan ke temannya barangkali ada mengetahui tempat urut.Â
Akhirnya dengan informasi yang kurang begitu jelas kami tetap berusaha mencari. Tak perlu waktu lama bertemu juga tempatnya.Â
Namun orangnya tak ada. Terpaksa menunggu lagi cukup lama. Kadang menunggu itu pekerjaan yang menyiksa.Â
Ketika orangnya datang dan melihat tempat prakteknya saya merasa puas. Rupanya tempat ini memang khusus untuk pasien patah tulang.Â
Setelah ditangani dalam waktu yang tidak lama, bayangan sakit luar biasa sebelumnya tidak terasa.Â
Anak saya sampai bertanya,"Papi kok tidak menjerit? Emang gak sakit?" Jelas sakit, hanya masih bisa saya tahan.Â
Saya berpikir, kalau waktu itu jadi ditangani oleh tukang urut yang pertama kali kami datangi. Paling hanya diurut-urut dengan menahan sakit yang luar biasa.Â
Jadi, awal rasa kecewa akhirnya malah merasa beruntung.Â
Untung Cuma KelingkingÂ
Sebelumnya saya tidak sadar ada perubahan pada jari kelingking. Saat dalam perjalanan pulang baru merasakan ada yang aneh. Kaku. Tidak bisa digerakkan sama sekali. Ya ampun. Rupanya bentuknya sudah tidak jelas.Â
Bagaimana ini?Â
Tak apalah cuma jari kelingking pikir saya. Masih untung bukan jempol. Loh?Â
Ya, kalau jempol tentu sulit kalau buat menulis. Soalnya selama ini saya menulis di telepon pintar itu dengan modal dua jempol.
Untung Masih Sempat Berdoa
Dalam ketidakpastian untuk segera mendapatkan perawatan karena  malam semakin merambat. Lelah juga semakin terasa.Â
Saya berdoa agar segera mendapat perawatan dan menemukan tempat yang terbaik. Masalahnya tangan ini semakin lama terasa semakin sakit.Â
Beruntung akhirnya  bisa mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat. Walaupun dengan biaya cukup mahal untuk ukuran kantong saya.Â
Saya katakan penanganan yang baik karena memang tidak terasa begitu sakit. Saya bisa membayangkan, bila langsung diurut pasti suara jeritan tak akan tertahan. Untung memang.Â
Untung karena Bisa Menjadi Inspirasi TulisanÂ
Tulisan ini adalah yang keempat berdasarkan inspirasi kecelakaan yang saya alami.Â
Tiga tulisan sebelumnya adalah dua puisi dengan judul "Prioritas Hidup" dan "Yang Sudah Terjadi, Tidak Bisa Diubah Lagi". Satu lagi adalah "Papi Tidak Panik?"Â
Semua ide tulisan muncul begitu saja. Sebelum sempat saya tulis secara lengkap, hanya saya tuliskan judulnya.Â
Selain sebagai pembelajaran atau cermin buat diri sendiri, saya pikir tak ada salahnya membagikan  sebagai cermin kehidupan bersama. Penting tidak penting sebenarnya.Â
Yang terpenting dari semuanya adalah bersyukur bisa melalui kemalangan ini dengan perasaan  yang beruntung.Â
@cerminperistiwa22092020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H