Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hai Engkau, Belajar pada Nadiem

13 Agustus 2020   08:36 Diperbarui: 13 Agustus 2020   20:43 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katedrarajawen _Apa yang tampak belum tentu yang sebenarnya, tetapi apa yang tampak bisa menunjukkan perilaku yang ada. Lebih baik berbaik sangka, bahwa yang ada ini sesungguhnya. Daripada curiga, lebih berharga  mengambil pembelajarannya sebagai permata. 

Nadiem Makarim, sang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang masih muda datang bersilaturahmi, walau seorang pejabat tinggi, dengan menunduk mencium tangan rais aam KH Miftahul Akhyar dalam kerendahan hati. 

Kerendahan hati adalah sifat yang mulia, yang mana banyak manusia sudah tak suka. Bahkan menganggap bodoh dan hina. Itulah sebab orang menjadi keras kepala. 

Sang Menteri masih ada  kerendahan hati, maka jalannya akan diberkati, sebab  ada doa-doa yang mengiringi. Kerendahan hati akan menyentuh hati  dan mengundang simpati. 

Nadiem telah membuka mata.  Pintar, punya jabatan dan kaya, tidak harus merasa benar berkeras dalam pendiriannya. Berani mengalah demi kebaikan bersama. Ini sifat yang mulia. 

Hai engkau, maksudnya diri ini, belajarlah kerendahan hati bukan hanya pandai mengajari. 

@refleksihati 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun