Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Nilai Tulisan Paling Berharga

11 Agustus 2020   07:54 Diperbarui: 11 Agustus 2020   17:03 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Katedrarajawen _Apakah tulisan yang paling baik dan berharga bagi kita? 

Apakah sebuah tulisan dari penulis terkenal peraih hadiah Nobel?  

Apakah tulisan yang menggunakan tata bahasa yang baik dan benar? 

Apakah tulisan dengan bahasa sederhana dengan bahasa yang renyah dan mudah dipahami? 

Sebenarnya masalah ada pada persepsi kita sendiri. Bahwa penulis terkenal pasti tulisan akan lebih baik daripada penulisan amatiran. 

Tentu hal ini menyebabkan terjadinya diskriminasi dalam pemikiran kita, sehingga kita akan lebih menghargai yang terkenal dan meremehkan yang amatiran.

Kita selalu beranggapan, barang yang mahal itu pasti lebih baik. Tidak salah memang. Ini kenyataan. 

Ibarat jam tangan Rolex seharga satu miliar rupiah pasti lebih baik dari jam seharga ratusan ribu. 

Benar secara kualitas. Benarnya lagi, menjadi lebih percaya diri dan menambah gengsi. Meningkatkan harga diri. 

Yang sering kita lupa, esensinya sebagai penunjuk waktu tetap sama. Tidak mungkin, karena harganya lebih mahal, lalu gerak jarumnya lebih cepat dan tepat. 

Apalah artinya pakai jam tangan satu miliar, tetapi tidak menghargai waktu. Masih lebih bernilai memakai jam tangan senilai seratus ribuan, namun selalu tepat waktu. 

Sama halnya dengan baju seharga puluhan juta dengan puluhan ribu rupiah. 

Esensi adalah untuk menutupi aurat demi kesopanan sebagai makhluk yang berakal budi. Melindungi tubuh dari panas dan dingin. Bukan semata enak dipandang mata. 

Kembali ke masalah tulisan yang berharga. Membaca tulisan dari penulis terkenal memang membuat beda. 

Ketika ada yang bertanya,"Sedang baca tulisan siapa?" 

Kita jawab,"Kahlil Gibran nih."

Saat menjawab pun ada perasaan bangga. Apalagi kemudian muncul tanggapan,"Wah, keren tuh. Penulis berkelas dunia dan jadi favorit." 

Coba bandingkan dengan jawabannya,"Tulisan Katedrarajawen." Pasti dengan  perasaan malu. 

"Siapa itu?" Makin tambah malu tuh. Seketika akan muncul kesan tak bernilai hanya membaca tulisan seorang Katedrarajawen.

"Cuma buat iseng," jawaban untuk menutupi rasa malu. 

Berbeda dengan menjawab,"Kahlil Gibran." Pasti muncul perasaan bernilai telah membaca tulisan seorang maestro. 

Kesimpulannya, ketika kita membaca tulisan dari orang terkenal atau penulis berkelas, pasti muncul perasaan bangga dan berharga. 

Namun ingin saya katakan, itu hanya mencapai rasa, belum tentu menyentuh  jiwa. 

Jadi menurut saya, tulisan yang paling berharga itu tidak peduli siapapun penulisnya. Tidak tergantung bahasanya. Yang terpenting mampu menyentuh jiwa, bukan sekadar merasakan bernilai. 

Ketika jiwa kita tersentuh, bukan hanya akan menambah ilmu, tetapi itu mampu menggerakkan seluruh kesadaran untuk menjadi lebih baik. 

Kata-kata yang mampu menyentuh jiwa, pastilah berasal dari kedalaman hati dan tulus, bukan semata kepintaran dan ilmu tinggi mengolah kata.  Siapapun memilikinya. 

@cermindiri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun