Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terhormat dan Gila Hormat

30 Juli 2020   07:17 Diperbarui: 30 Juli 2020   23:00 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Canva /katedrarajawen

Katedrarajawen  _Konfusius berkata: Jika orang lain tidak menghormati saya, menandakan saya tidak berbakat  _tidak memiliki sesuatu untuk dihormati_ , tetapi jika saya tidak menghormati orang lain, menandakan saya tidak berbudi.

Saya berkata: Jika orang lain tidak menghormati saya, menandakan mereka tak tahu kesopanan, tetapi jika saya tidak menghormati orang lain menandakan saya lebih terhormat.

Itulah bedanya orang bijaksana dengan saya yang masih sesukanya.

Orang bijaksana rendah hati, tinggi budi. Tiada henti introspeksi. Koreksi diri. Orang model saya, tinggi hati, tak tahu budi. Korek kesalahan orang lain tiada henti.

Orang bijaksana bila menerima perlakuan tidak berkenan di hati, akan cepat-cepat memeriksa kekurangan diri.

Saya kalau mendapat perlakuan tidak nyaman, segera mengkritik dan bila perlu memarahi sepuas hati. Menganggap orang lain tak tahu diri. 

Orang bijaksana akan tetap menjadi terhormat, walau tidak mendapat penghormatan orang lain dengan sikapnya yang tetap menghormati. 

Orang macam saya semakin tampak tidak terhormat, walau mendapat penghormatan, karena sikap yang tidak tahu membalas penghormatan orang lain dengan dengan kerendahan hati.

Orang bijaksana tetap terkendali dan tenang, walau orang lain tidak menghormatinya, sedangkan saya bila tak mendapat penghormatan  akan marah-marah tak terkendali, tidak peduli walau itu memermalukan diri sendiri.

Orang bijaksana kualitasnya tidak tergantung dari penghormatan orang lain, tetapi tergantung dari kemampuannya tetap berlaku terhormat sebagai cermin diri. 

Orang seperti saya kualitasnya masih membutuhkan penghormatan, sehingga bisa berlaku tidak hormat demi penghormatan itu. 

Orang bijaksana dan saya jelas ada perbedaannya. Namun orang bijaksana dan saya tetap ada yang sama. 

Sama-sama manusia ciptaan Tuhan. Jadi, tak ada alasan untuk tidak menjadi bijaksana dengan segala pembenaran yang mengada-ada. 

@refleksihati 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun