Emosi sudah terluka. Mengapa orang-orang begitu mudah menghakiminya. Merasa mereka paling benar hanya berdasarkan pengertian sendiri.Â
Mengapa tidak mau berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya tentang Emosi. Tidak susah sebenarnya.Â
Mereka yang merasa benar itu tak peduli lagi dengan kesalahannya sendiri. Emosi pun hanya bisa pasrah menerima kenyataan ini.Â
Ia hanya bisa berdoa, agar pintu hati mereka yang bersalah segera terbuka.Â
Berharap mereka tidak lagi menganggap adalah kebenaran bahwa Emosi itu sebagai pemarah.Â
Akhirnya Emosi juga hanya dapat menghibur dirinya. Aku hanyalah sebuah kata. Apalah arti sebuah kata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H