Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dinasti Politik dan Membalas Komentar di Kompasiana

26 Juli 2020   08:38 Diperbarui: 26 Juli 2020   09:12 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara aturan di kompasiana memang tidak mencantumkan, kompasianer memiliki kewajiban untuk membalas setiap komentar di tulisannya. Bila tidak akan terlena sanksi. Akunnya akan kena blacklist. Tidak ada.

Apa masalahnya, kalau memang tidak ada komentar yang dibalas? Tidak melanggar aturan ini. 

Itu dia. Seperti halnya masalah dinasti politik yang menjadi bahasan tiada henti. Tidak melanggar aturan, tetapi tidak elegan secara etika. 

Demikian pula dengan membalas komentar ini. Ada yang memberikan komentar di tulisan kita, memang tidak ada kewajiban untuk membalas. Namun secara etika tentulah tidak elok bila mengabaikan. 

Sama halnya, ada tamu datang menyapa ke rumah, kita tak pedulikan. Alasannya sedang sibuk. Banyak urusan. Bagaimana kesannya? 

Begitulah dengan menulis di Kompasiana. Ada yang datang menyapa dengan berkomentar, tetapi kita abaikan. Tidak sempatkah? Sementara tulisan demi tulisan baru  masih terus mengalir. 

Apakah yang sudah datang menyapa dengan tulus tidak kecewa? Mungkin bagi yang sekadar menyapa, tidak merasa apa-apa. Tak masalah juga. 

Seperti yang saya jelaskan di atas, terkadang berkomentar berharap akan terjadi sedikit diskusi, tetapi tidak terjadi. Komentar saja tak terbalas. Pasti ada selintas kecewa. Apalagi sudah panjang lebar pula berkomentar. 

Bisa saja terjadi kita dengan lantang menentang dinasti politik dengan alasan tidak beretika. Namun di tulisan yang membahas soal etika itu, komentar-komentar yang ada tak kita balas. 

Begitulah kehidupan, acapkali apa yang kita tidak setuju, justru melakukannya sendiri tanpa menyadari. 

Kita memang tidak perlu untuk saling menyalahkan dan melihat kiri-kanan, cukup menjadi koreksi diri. Apakah ini kita mengalami?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun