Katedrarajawen _Panggung kehidupan tak jauh dari urusan menang dan kalah sebagai hal yang niscaya.Â
Yang utama pemenang dan yang kalah jangan lupa. Hakikat yang sebenarnya.Â
Yang menang boleh berbangga. Namun tak boleh lupa. Berterima kasih pada yang kalah. Sebab ada yang kalah baru ada pemenangnya.Â
Yang kalah bolehlah berlinang air mata. Tetapi tetap boleh berbangga. Lahir pemenang sebab dirinya yang kalah.Â
Jadi pemenang jangan lupa. Kemenangan bisa jadi awal bencana. Bila terlena. Sombong dan berleha-leha.Â
Jadi yang kalah pun jangan lupa. Kekalahan bisa menjadi awal meraih juara. Bila tetap berdaya upaya. Rendah hati dan terus berusaha.Â
Hidup kita sudah terlalu banyak melalui urusan menang dan kalah. Dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Perlombaan demi perlombaan. Seakan semua itu adalah segalanya.Â
Entah berapa banyak kemenangan yang menghancurkan. Sebaliknya entah berapa banyak kekalahan yang membangkitkan.Â
Ada yang demi kemenangan harus menjadi pecundang dengan caranya. Terhina. Ada yang kalah dengan jiwa satria. Tetap berharga.Â
Kita sibuk dengan urusan menang dan  kalah dalam hal duniawi. Lupa akan urusan yang sejati. Bukan hanya penting. Namun genting.Â
Di urusan duniawi kita selalu mengejar kemenangan tak lelah-lelah. Tak sadar, urusan rohani kita mengalami kekalahan  demi kekalahan. Diam saja.Â
Urusan duniawi harus jadi pemenang apapun caranya. Walau tercela. Urusan rohani jadi yang kalah tidak apa-apa. Walau harus dengan pembenaran.Â
Apalah arti gemerlap dalam kemenangan dalam kehidupan duniawi. Â Tetapi merana dalam gelapnya kekalahan. Lebih berarti walau kalah dalam duniawi, tetap setia pada urusan rohani. Setia memelihara jiwa sejati.Â
@cermindiriÂ
Inspirasi tulisan Meidy Yafeth Tinangon   "Drama Sang Pemenang dan Sang Kalah"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H