Katedrarajawen _Ketika kesadaran hadir, setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Mengubah kebiasaan buruknya. Membuang sifat yang tidak baik.Â
Kenyataan yang ada, keinginan saja tak cukup sebagai modal. Sebab untuk mengganti kebiasaan yang tidak baik itu tidak semudah memasukkan makanan ke mulut. Tidak segampang membalikkan telapak tangan.Â
Bukan hal yang aneh, bila banyak keinginan mulia yang ada anak-anak manusia. Akhirnya sekadar jadi cerita. Kebiasaan itu tetap berkuasa seperti semula. Sekadar catatan sejarah.Â
Bahkan hal yang sangat mudah dan sepele begitu susah untuk diubah. Walau sudah dengan usaha.Â
Seperti mengubah menulis kata 'rubah' menjadi 'ubah'. Tentu kita paham perbedaannya. Apa itu rubah dan ubah.
Terbiasa dan Anggap SepeleÂ
Bertemu hal ini biasanya saya suka iseng untuk membenarkan. Misalnya ada teman yang suka menulis dengan kata 'merubah' untuk kata 'mengubah'.Â
"Merubah diri menjadi lebih baik."Â
Saya menyindir dengan kalimat,"Memangnya si  rubah mau menjadi lebih baik dengan jadi manusia?"Â
Tentu membingungkan. Setelah saya jelaskan baru paham. Bahwa kata yang benar untuk 'merubah' adalah 'mengubah'. Kalau merubah itu artinya menjadi rubah.Â
Apa yang terjadi, di kemudian hari tetap saja takbisa berubah. Karena menulis 'merubah' lebih mudah daripada mengubah. Terbiasa masalahnya.Â