Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Manusia Hina

29 Mei 2020   06:25 Diperbarui: 29 Mei 2020   10:04 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katedrarajawen _ 

Sudah bersalah, tidak menerima. Sekuat cara menyembunyikannya. Bukan malu rasa. Terus melakukan hal yang sama. 

Aku berkaca, tidak merasa. Aku baik-baik saja. Bukan aku, tetapi mereka. Aku tertawa. 

Berulang kali, jadi terbiasa. Bukan lagi sebagai dosa. Ibarat cacing  nyaman dalam kotorannya. Bau tak terasa.  

Sampai saatnya tiba. Ada air mata. Sesak di dada. Aku manusia banyak salah, yang diingatkan tidak menerima. Betapa hina. 

Ini nyata. Aku manusia hina. Namun dengan bangga masih suka menghina. Pantasnya, aku ini makhluk macam apa. 

@refleksihati 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun