Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kotoran di Wajah

26 Mei 2020   19:34 Diperbarui: 26 Mei 2020   22:42 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva/katedrarajawen

Katedrarajawen  _  

Saat buka kiriman video di Whatsapp sangat mencerahkan. Bagaimana tidak? 

Wajah penyanyinya cantik  dan super mulus. Lagunya enak pula di telinga. 

Langsung pikiran saya melayang. Pada ikutan pula. Melayang ke manakah? 

Saya membayangkan andaikan wajah artis ini yang super mulus seketika kena kotoran burung. 

Apa yang terjadi? 

Saya yakin 99,9% ia akan merasa jijik sekali. Pasti akan langsung membersihkan. 

Apa kata dunia, wajahnya yang sangat mulus itu kena kotoran burung? Bau lagi. Bikin malu. Pasti. 

Sekarang coba bayangkan pula bila itu terjadi pada diri kita? Pasti semua akan segera membersihkan kotoran itu. Mungkin akan berkali-kali membersihkan. 

Ketika mau berangkat kerja, baju yang sudah rapi terkena kuah sayuran atau saus. Bahkan mungkin cuma kotoran cecak. 

Apa yang kita lakukan? Tentu akan segera membersihkan atau langsung mengganti baju yang lain.  Yang masih bersih. 

Sebab akan malu bila bekerja dengan baju yang kotor. Walau hanya sedikit kotoran yang menempel. Pasti akan merasa tidak nyaman. 

Tubuh atau baju adalah sesuatu yang palsu dan fana. Pada waktunya akan musnah. 

Tetapi kita begitu sayang untuk merawatnya dengan baik. Sementara hati atau tubuh spiritual kita yang asli, malah lebih sering kita abaikan. Kotoran jadi menumpuk. 

Bukankah menandakan ada yang salah? 

Kotoran batin, seperti emosi, iri, dengki, benci dan serakah. Setiap saat masih tetap ada. 

Apakah ada daya upaya mati-matian  kita bersihkan? 

Yang ada malah kita pelihara. Buktinya masih setia ada dalam hidup kita. 

Kita terlalu cinta dengan kotoran-kotoran hati. Bahkan mungkin akan ada sepanjang hidup. 

Tak kuasa kita melepaskannya, walau nafas sudah lepas dari raga. Tentu saja ini tak boleh terjadi bila kesadaran masih terjaga. 

Bagaimana pun kotoran-kotoran itu harus dibersihkan, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 

@refleksihati 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun