Katedrarajawen _ Â
Saat buka kiriman video di Whatsapp sangat mencerahkan. Bagaimana tidak?Â
Wajah penyanyinya cantik  dan super mulus. Lagunya enak pula di telinga.Â
Langsung pikiran saya melayang. Pada ikutan pula. Melayang ke manakah?Â
Saya membayangkan andaikan wajah artis ini yang super mulus seketika kena kotoran burung.Â
Apa yang terjadi?Â
Saya yakin 99,9% ia akan merasa jijik sekali. Pasti akan langsung membersihkan.Â
Apa kata dunia, wajahnya yang sangat mulus itu kena kotoran burung? Bau lagi. Bikin malu. Pasti.Â
Sekarang coba bayangkan pula bila itu terjadi pada diri kita? Pasti semua akan segera membersihkan kotoran itu. Mungkin akan berkali-kali membersihkan.Â
Ketika mau berangkat kerja, baju yang sudah rapi terkena kuah sayuran atau saus. Bahkan mungkin cuma kotoran cecak.Â
Apa yang kita lakukan? Tentu akan segera membersihkan atau langsung mengganti baju yang lain. Yang masih bersih.Â
Sebab akan malu bila bekerja dengan baju yang kotor. Walau hanya sedikit kotoran yang menempel. Pasti akan merasa tidak nyaman.Â
Tubuh atau baju adalah sesuatu yang palsu dan fana. Pada waktunya akan musnah.Â
Tetapi kita begitu sayang untuk merawatnya dengan baik. Sementara hati atau tubuh spiritual kita yang asli, malah lebih sering kita abaikan. Kotoran jadi menumpuk.Â
Bukankah menandakan ada yang salah?Â
Kotoran batin, seperti emosi, iri, dengki, benci dan serakah. Setiap saat masih tetap ada.Â
Apakah ada daya upaya mati-matian kita bersihkan?Â
Yang ada malah kita pelihara. Buktinya masih setia ada dalam hidup kita.Â
Kita terlalu cinta dengan kotoran-kotoran hati. Bahkan mungkin akan ada sepanjang hidup.Â
Tak kuasa kita melepaskannya, walau nafas sudah lepas dari raga. Tentu saja ini tak boleh terjadi bila kesadaran masih terjaga.Â
Bagaimana pun kotoran-kotoran itu harus dibersihkan, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Â
@refleksihatiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H