Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Corona, Agama, dan Mencari Tuhan

18 Maret 2020   18:36 Diperbarui: 18 Maret 2020   18:34 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di sini sepi, di sana sunyi. Di mana-mana tiada suara keramaian lagi. Antara takut dan menjaga diri. Rumah-rumah ibadah tak berpenghuni. 

Umat-umat beribadah di rumah sendiri. Ritual-ritual berhenti. Perayaan belum  ada yang pasti. Tak akan ada yang pernah menduga semua ini akan terjadi. 

Wabah Corona telah mengubah semua ini. Membawa pesan betapa rapuhnya keberagamaanmu selama ini. Terpaku pada ritual dan perayaan yang sesungguhnya bukan esensi. 

Manakala wabah penyakit Corona menjadi pandemi. Seketika menyadarkan engkau mencari Tuhan Sang Mahatinggi. 

Bukan di rumah-rumah ibadah yang kokoh berdiri. Bukan dalam doa-doa indah bak puisi. Bukan di dalam kitab suci. Bukan dalam alunan puja-puji. Bukan dalam ritual dan perayaan yang sudah tradisi. 

Melainkan dalam nurani. Dalam samudra hati. Dalam puncak keheningan nan sunyi. Dalam kepasrahan diri. Dalam mengenal dirimu yang sejati. 

Wabah Corona mengajari. Tuhan bukan semata pada perayaan dan ritual suci. Hal yang bahkan tak dimengerti. 

Tuhan ada pada Jalan Kesadaran Sejati. Dalam dunia yang berbencana hingga memaknai hakekat hidup ini. 

Wabah Corona hadir, agar agama kembali murni. Pemutihan hati. Bahwa Tuhan itu Maha abadi. Temukan Dia dalam pertobatan dan kesadaran diri. 

Refleksihati@Katedrarajawen, 18 Maret 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun