Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ceramah yang Mencerahkan

18 Februari 2020   08:22 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:35 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva /katedrarajawen


Sudah lama tidak mendengar ceramah yang mencerahkan lagi. Karena secara umum, ya begitu dan ya begini. Intinya tentang ketaatan, mengasihi, dan berbuat baik. Banyak berbuat amal.

Waktu dengar mengangguk-angguk. Entah mengerti atau karena mengantuk. Jujurnya, mengantuk. Tidak heran habis itu lupa. 

Namun malam itu, diiringi gerimis. Dari speaker sebuah rumah ibadah. Terdengar menggelegar ceramah yang menggetarkan jiwa. 

Si penceramah sangat antusias. Entah mungkin dapat aplaus dari yang hadir di ruangan. Sesekali diiringi tawa. 

Isi ceramah yang sangat mencerahkan sekaligus juga mencengangkan. Saya yang mendengar dari saja terasa tidak mengantuk. Apalagi yang dekat. Yang duduk dalam ruangan. 

Sungguh ceramah yang membuat pikiran ini bekerja keras. Hati menelisik dalam-dalam. Memetik hikmah yang berharga. Ceramah yang sungguh bernilai menjadi bahan permenungan. 

Sebenarnya apa gerangan isi ceramahnya? Intinya adalah mengagungkan agamanya sendiri dengan melecehkan keyakinan orang lain. Memuliakan agama sendiri lalu menghinakan agama lain. 

Mengapa isi ceramah demikian dianggap mencerahkan? Sebab semakin menguatkan, agar saya tidak melakukan hal yang sama. 

Tidak genit untuk menjelekkan apalagi menghina pemeluk atau ajaran agama lain. Tidak meninggikan agama sendiri dengan merendahkan agama lain. 

Urusan agama adalah soal keyakinan dan hati. Itu menjadi tanggung jawab masing-masing. Kita hanya bisa mengajak kepada jalan kebaikan dan menunjukan jalan terang. 

Yang jadi pertanyaan. Apakah seseorang yang suka menjelekkan dan menghina keyakinan lain itu sebenarnya sedang menistakan agama lain atau justru menistakan  agamanya sendiri? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun