Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tak Berdaya oleh Kebiasaan

1 September 2019   09:08 Diperbarui: 1 September 2019   09:14 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebenarannya kita tak berdaya atas kebiasaan salah  yang terjadi berulang kali. Terulang dan terulang lagi. Selalu ada pembenaran diri.

Sadar hal itu salah tetap terjadi. Menyesali. Berjanji tak mengulangi. Tak berapa lama kembali melakukan kesalahan itu lagi. Spontan sekali. Secara naluri. Walau menjerit nurani.

Tak mudah memang mengubah kebiasaan ini. Sudah menjadi identitas diri. Ada yang sepanjang hidup dalam usia tua  masih penuh emosi. Tak dewasa juga rohani.

Kebiasaan buruk seiring waktu mengalahkan kebenaran yang ada. Walau tahu salah sudah dianggap tak apa-apa. Putus asa. Membenarkan memang sudah begini adanya.

Memang susah hendak berubah yang sudah biasa. Hal kecil saja. Mau menulis mengubah tetap yang tertulis merubah jadinya. 

Yang terutama. Menyadari kesalahan dan mau mengubahnya. Coba dan coba. Ubah kebiasaan salah lama-lama jadi biasa. Selagi mau mencoba pasti akhirnya bisa. 

Yang menyedihkan tahu salah tak mau berubah, jadilah celaka.

#refleksihatiuntukmenerangidiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun