Percaya Tidak Percaya Dunia Lain Memang Ada
Sejak kecil saya sudah akrab dengan cerita-cerita horor. Apalagi tinggal di kampung yang masih sangat percaya dengan dunia lain.Â
Hampir setiap hari ada sesajen yang dilarungkan ke sungai. Bila malam di langit beterbangan bola-bola api. Yang mana di kampung saya menyebutnya sebagai 'pulung'. Telur terbang. Bila keesokan ditemukan didalamnya ada jarum atau padi.
Untuk mencegah agar tidak menyasar masuk rumah, biasanya di pintu orang-orang menggantung pohon kaktus.
Ada juga cerita tentang setan air yang akan muncul di bulan-bulan tertentu. Banyak cerita yang beredar melihat sosok yang berambut panjang itu.
Di depan rumah juga ada pohon beringin yang konon sudah berusia ratusan tahun. Tentu saja dipercaya ada penunggunya. Untuk mencegah penunggunya berkeluyuran, maka dipanteklah dengan paku.
Saat itu kalau saya bersama teman-teman pergi ke sawah tidak pernah yang namanya bawah air mineral. Lah, belum ada waktu itu. Tahun 75-an. Kamu selalu minum dari sumber air yang ada di sekitar.
Syaratnya kalau mau minum harus lihat dahulu. Apakah ada bayangan di air tersebut. Bila tidak terlihat, maka dipercaya ada penunggunya. Jadi jangan diminum.
Waktu itu juga bila hendak menonton ke bioskop. Kami juga harus melewati satu tempat angker. Hutan pohon sagu.Â
Ketika pulang mendekati tempat itu, kami harus berancang-ancang bak pelari cepat. Ambil langkah seribu. Konon katanya ada peti mati yang bisa terbang mencari sasaran.
Setelah dewasa juga cerita-cerita horor masih tetap ada. Saat pertama kali kerja, tinggal di mess. Beredar kabar, kalau tengah malam suka ada sosok tanpa kepala keluar.