Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Pabrik Susu" dan Aura Kasih

27 Agustus 2019   12:50 Diperbarui: 27 Agustus 2019   13:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva|katedrarajawen

Kita berpikir bahwa media sosial merupakan ajang kebebasan untuk kita untuk berekspresi. Tanpa sadar kebebasan kita juga bisa mengganggu kebebasan orang lain.

Contoh kasus terbaru adalah kicauan seseorang bernama Yan Widjaya (68), yang diketahui sebagai mantan jurnalis dan pakar film.

Yang mana kicauannya telah menyinggung dan membuat marah seorang penyanyi top Indonesia. Aura Kasih (32). Sampai-sampai Aura mengancam akan melaporkan kasus ini ke polisi. 

Yan, menyamakan payudara Aura sebagai 'pabrik susu'. Mungkin bahasanya dianggap terlalu vulgar, sehingga dianggap melecehkan bukan hanya Aura secara pribadi. Tetapi kaum wanita secara keseluruhan. 

Tak heran Yan kebanjiran kritik. Walau menurut Yan, kicauannya itu sesungguhnya untuk memuji Aura yang mau memberikan ASI secara khusus ke bayinya.

Menyadari kesalahan pemakaian bahasanya Yan menyampaikan permintaan maaf. Namun dianggap kurang tulus. Karena dengan embel-embel atas desakan banyak orang.

Beruntung, Yan cepat tanggap dan ingin masalahnya selesai secara damai. Kemudian menyampaikan permintaan maaf baik secara tulisan maupun lisan dengan langsung bertemu Aura. Damai penuh tawa akhirnya.

Gambar : Canva|katedrarajawen
Gambar : Canva|katedrarajawen
Kebebasan itu Tidak Sama dengan Berbuat Sebebas-bebasnya

Apabila kita berpikir demikian, pada akhirnya akan berakibat buruk kepada diri sendiri. Kebebasan tanpa dibatasi dengan moral etika dapat melukai kebebasan yang juga dimiliki orang lain.

Kebebasan juga harus dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian ketika kita hendak beraktivitas di media sosial perlu kehati-hatian dan berpikir dengan jernih. Buka mengikuti nafsu keinginan.

Kita Bisa Saja Melakukan Kesalahan, Tetapi kita juga Bisa Membalas dengan Kebaikan

Namanya hidup, bisa saja sesekali kita terpeleset. Bisa terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan kata-kata. Apa yang kita maksudkan baik, bisa saja menjadi salah.

Dalam hal ini, tentu kita tidak perlu sampai berbusa-busa membela diri. Karena bisa jadi justru akan memanasi suasana. Dianggap cari-cari alasan untuk membenarkan diri.

Cukuplah menyampaikan permintaan maaf secara tulus. Kalau tidak cukup tertulis, bila memungkinkan lebih baik secara langsung. Pasti akan lebih mengena.

#pembelajarandarisebuahperistiwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun