Ustaz Abdul Somad (UAS) memang kondang. Banyak pengikut dan diundang ceramah ke mana-mana. Punya gaya tersendiri kalau bicara. Suka bercanda juga. Belajar ilmu agama sampai ke Universitas Al-Azhar dan  Maroko.Â
Berita tentang UAS sepertinya tak pernah berhenti. Hari-hari ini sedang heboh beredar video ceramahnya. Karena mengatakan ada jin kafir di dalam salib. Ramailah jagad media sosial.Â
Ada yang menyayangkan. Bahkan ada menuduh ini sudah penistaan agama. Ada pihak yang sudah membuat laporan ke polisi.
Sementara menurut UAS, apa yang disampaikan sudah sekitar 3 tahun yang lalu. Lagipula apa yang disampaikan hanya untuk kalangan sendiri di ruang tertutup.Â
Mungkin UAS lupa, Â sekarang zaman keterbukaan. Apa yang bisa ditutupi? Jangankan kata-kata yang keluar dengan keras suaranya. Bisik-bisik saja bisa kedengaran ke mana-mana.
Dari video yang beredar, fokus saya malah bukan soal jin kafir. Tak mengerti urusan kafir-kafiran soalnya. Tetapi gaya lucu-lucuan UAS memeragakan posisi Yesus yang ada di salib. Jujur jadi risih.
Masalah agama dari dahulu sampai kini selalu menjadi urusan sensitif. Lebih sering memicu emosi daripada menggunakan akal sehat.Â
Apa yang dilakukan UAS, dalam ceramah membahas agama lain. Kalau mau jujur sudah sering terjadi di sekitar kita. Di rumah ibadah atau dari mulut ke mulut.
Dari masjid saya pernah bukan sekali atau dua kali dengar penceramah melalui pengeras suara menjelekkan agama Kristen.
Saat saya duduk dalam gereja, pendeta menjelekkan agama Islam. Menyindir agama Buddha atau Kong Fu Cu. Mantan agama lamanya.
Harus diakui hal ini sudah biasa terjadi. Dari dahulu, kini dan bisa jadi akan terus berlangsung selama dunia dan agama tetap ada.
Apakah dengan alasan di ruang tertutup dan untuk kalangan sendiri lalu dengan bebas bicara menjelekkan agama lain?
Padahal sudah jelas, bahwa urusan agama itu hal yang sangat pribadi, sakral dan suci. Apa untungnya menjelekkan atau merendahkan simbol dan ajaran agama lain? Apakah bisa untuk lebih meninggikan keimanan? Apakah itu cara untuk menunjukkan agama kita yang paling baik?
Bukankah sejatinya agama membuat manusia menuju ke jalan kasih universal dan menghargai perbedaan yang ada? Apa yang terjadi justru tanpa sadar menanam benih-benih kebencian dan membuat jarak.
Untuk menunjukkan bahwa agama yang kita anut adalah yang terbaik sejatinya melalui perilaku terbaik kepada sesama manusia. Dalam rasa kemanusiaan dan kasih tentunya.
#pembelajarandarisebuahperistiwa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI