Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih Kasih

23 April 2019   06:02 Diperbarui: 23 April 2019   06:42 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Canva/katedrarajawen

Walau dalam teorinya tidak ada istilah kasta dalam kehidupan kita secara umum. Namun praktiknya tetap masih ada sampai saat ini.

Sudah lama saya memerhatikan hal ini, yakni perlakuan terhadap mobil dan motor dalam urusan parkir. Yang mana saya anggap ada pilih kasih atau diskriminasi. Tidak di mall, gedung perkantoran atau rumah sakit.

Pengalaman baru-baru ini membuat saya ingin menuliskan. Selama ini hanya terpendam dalam ingatan.

Saat itu saya hendak besuk kakak ipar yang diopname di rumah sakit yang berkelas internasional. Sudah beberapa kali saya ke sana. Selama ini lokasi parkir motor berada di seberang rumah sakit. 

Rupanya sekarang sudah berpindah lokasi yang lumayan jauh. Sudah lelah harus berjalan kaki pula.

Sementara untuk parkir mobil semua berada di sekitar gedung atau di bawahnya. Tak perlu jauh-jauh berjalan kaki. 

Menurut hemat saya, kondisi ini hampir berlaku secara umum. Memang masih ada juga lokasi parkir motor dan mobil di sekitar gedung. Namun bila lokasinya tidak memadai, pasti lokasi untuk parkir motor yang akan dipindahkan.

Saya katakan pilih kasih atau diskriminasi, sebab sudah ada persepsi bahwa yang menggunakan mobil pasti lebih berada daripada yang mengendarai motor. Jadi orang berada harus lebih dihargai. Sementara orang tak berada harus mengalah.

Saat pulang saya iseng ngobrol dengan saudara yang ikut membesuk. Saya mengatakan bahwa di mana-mana parkir motor lokasinya jauh, karena dianggap orang kurang mampu. Sementara yang pakai mobil parkirnya dekat-dekat karena dianggap orang kaya. Jadi perlakuannya harus istimewa.

Saya katakan,"Harusnya yang naik motor parkirnya yang dekat, karena sudah terbiasa jalan kaki. Jadi kalau pergi-pergi tidak usah jalan kaki lagi. Yang naik mobil parkirnya jauh, karena jarang jalan kaki, makanya supaya terbiasa jalan kaki."

Dalam hal pelayanan pun berlaku sama. Orang yang turun dari motor atau mobil akan mendapatkan perlakuan yang berbeda.

Saya jadi ingat pengalaman sendiri. Waktu itu saya diminta untuk melayani seseorang tamu. Sebelumnya saya diwanti-wanti,"Layani yang bagus, itu bos besar loh!" 

Waktu itu spontan muncul perasaan tidak nyaman dan membuat saya menyahut,"Apa bedanya bos sama orang biasa? Semua akan dilayani sama." Ini lagi sadar dan waras.

Dalam hal ini mungkin kita tidak suka dilayani dengan setengah hati atau perlakuan diskriminasi. Tetapi tanpa sadar kita sendiri yang berlaku diskriminasi dalam berperilaku.

Nah ini, kalau lagi tidak sadar, saya juga suka begitu.

#Pembelajarandarisebuahperistiwa 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun