Soal siapa si Anu ini tentu tak perlu menjelaskan lagi dengan data-data dan fakta. Sebab sudah sangat mengenalnya. Ibaratnya tak ada dia, maka tak ramai dunia.
Si Anu kalau ibarat di sepak bola merupakan bintang lapangan yang pandai mengolah si kulit bundar dengan gaya meliuk-liuk tajam menusuk, sehingga mengganggu konsentrasi pemain belakang.
Kalau ibarat pemain bulutangkis, ia memiliki pukulan-pukulan tajam menukik, sehingga membuat pemain lawan terhuyung-huyung menjangkau kok (shuttlecock) sebelum menyentuh lapangan.
Kalau ibarat di ring, ia adalah petinju yang pandai melepaskan jab-jab dengan gaya hit and run. Gaya yang membuat lawan penasaran dan kesal setengah mati. Kena dipukul, mau pukul balik susahnya setengah mati.
Nah, si Anu ini adalah bintang di media sosial karena kepandaiannya mengolah kata-kata walau tak seindah pensyair.
Gocekan katanya kalem namun menusuk ke mulut gawang hati. Walau kata-katanya bagai panah berbisa namun belum membuat berdarah-darah. Tak ada gol yang tercipta. (Kok gak nyambung?)
Barangkali tugas si Anu memang hanya sebatas itu. Yakni mengacaukan konsentrasi lawan dan memberikan umpan matang untuk menghasilkan gol yang tak terduga.
Yang luar biasa si Anu ini punya tenaga ekstra, sehingga tak lelah memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan target yang setia.Â
Si Anu selalu punya senjata pamungkas bila ada memernanyakan prestasi dirinya yang masih jadi tanda tanya. Sementara ia sibuk mengkritisi prestasi lawannya. Bisa jadi inilah prestasinya yang tak dipahami orang.
Tak dipungkiri si Anu dianggap tukang nyinyir yang bisa membuat yang tak suka menggebuki. Â Walau banyak yang tak suka, namun ia menjadi idola pula. Sebab setia pada misi yang diembannya. Antara benci dan rindu.
Atas peran si Anu yang selalu konsisten dengan tugas nyinyir dan kehilangan nalarnya, yang tak heran menjadi inkonsistensi atas hal yang sebenarnya.