Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Yang Salah adalah Saling Menyalahkan

27 November 2018   13:03 Diperbarui: 27 November 2018   14:23 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu pagi-pagi saat si Dede belum bangun, sebelum berangkat kerja saya menyiapkan sarapan untuknya. Saya berpesan agar sarapannya dimakan, karena si Dede kalau pagi jarang mau sarapan.

Waktu malam saat menjemputnya dalam perjalanan pulang saya menanyakan soal ini. Apakah dia ada sarapan tadi pagi. Ternyata tidak. Tentu saya kecewa dan menganggap tidak menghargai usaha saya.

Saya mengatakan padanya, kalau saya dikasih makanan sama orang lain, pasti akan memakannya sebagai bentuk rasa menghargai. Walau tidak selera atau tidak suka dengan makanannya.

Saya melanjutkan memberi contoh. Seperti teman kalau lebaran ada yang suka bawa oleh-oleh dari kampung. Sebenarnya tidak sesuai dengan selera, sehingga berat untuk menelannya. 

Saya bilang pada si Dede,"Sebenarnya kalau papi buang juga teman juga gak tahu. Cuma rasanya gak bisa karena menghargai niat baiknya yang sudah mau bawa oleh-oleh dari jauh-jauh. Jadi papi makan pelan-pelan dan bagi ke teman lagi."

Sepertinya saya bijaksana memberikan pembelajaran kepada si Dede dengan apa yang saya lakukan. Baik kelihatannya. 

Tetapi saya sendiri tidak mengambil pembelajaran untuk memahami kondisi si Dede yang tidak mau sarapan yang sudah saya sediakan. Egois.

Selanjutnya saya merasa bangga dan mungkin diam-diam ada kesombongan tersembunyi dengan apa yang saya lakukan. Menghargai pemberian orang dengan tetap memakannya, walau tidak suka dan harus menyiksa perasaan.

Bisa saja justru sebaliknya hal ini ada yang menganggap sebagai kebodohan, munafik, membohongi diri sendiri atau apalah. Mengapa harus memaksakan diri memakan sesuatu yang tidak disukai?

Di satu sisi ada benarnya. Walau dari sisi cara pandang saya ada baiknya juga. Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu merasa paling benar dengan cara pandangnya terhadap satu masalah. Yang salah adalah bila saling menyalahkan.

||Pembelajarandarisebuahperistiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun