Setelah  heboh dengan wajah 'Tampang Boyolali' belum lama ini, kini Pak Prabowo Subianto calon presiden  2019 mengaku dirinya 'Tampang Bojong Koneng'.
Saya menafsirkan pengakuan sebagai bertampang 'Ndeso'. Karena Bojong Koneng adalah termasuk salah satu desa di Bogor, Jawa Barat yang terkenal dengan air terjun Bojong Koneng.Â
Harus diakui, hebohnya 'Tampang Boyolali' ada unsur politiknya. Ada pihak yang ingin mencari keuntungan. Bisa jadi memang ada ketersinggungan pihak tertentu. Namun tak dipungkiri pula ada pihak yang memanfaatkan kondisi ini.
Seringkali antara salah dan benar itu sangat tipis sekali. Yang dianggap salah bisa jadi benar dan yang benar bisa dianggap salah. Semua bisa terjadi  karena situasi, kondisi dan juga posisi. Itu sebabnya dikatakan jadi orang perlu untuk bersikap fleksibel, pandai membaca gejala dan tahu diri.
Sebenarnya  ledek-ledekan atau candaan soal tampang itu hal yang sudah umum sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Di tempat nongkrong atau warung kopi orang  bebas melakukan  tanpa ada yang emosi.  Malah ada lebih kasar lagi. Misalnya mengatai teman dengan 'Tampang Miskin', 'Tampang Bejat', 'Tampang Comberan' dll.
Semua dianggap sekadar guyonan, makanya tidak pernah terjadi sampai ada melaporkan ke polisi dalam hal ini.
Dalam kasus 'Tampang Boyolali' katakanlah kita sepakat bahwa itu hanyalah guyonan untuk mencairkan suasana. Apa salahnya?
Salahnya kalau boleh menyimpulkan dalam hal ini Pak Prabowo tidak memahami posisi beliau sebagai calon presiden yang tentu perlu menjaga tutur kata. Perlu bersikap tidak sembarangan bercanda. Sebab segala tindak-tanduknya akan menjadi sorotan khalayak.
Beliau juga semestinya dapat memahami situasi dan kondisi apa yang dikatakannya akan dengan mudah menjadi bahan pemberitaan. Belum tentu semua orang paham dengan maksud beliau yang ingin sekadar guyonan.
Seperti dikatakan, bisa saja apa yang tidak salah akan menjadi salah ketika dipahami dengan salah.
Sekarang beliau mengaku berwajah 'Tampang Bojong Koneng'. Bagaimana reaksi warga Bojong Koneng? Apakah akan merasa dilecehkan atau malah menjadi bangga?