Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sama Tiada Berubah

16 Oktober 2018   15:09 Diperbarui: 16 Oktober 2018   17:38 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : pexels.com

Setiap manusia memiliki sesuatu yang tak ternilai. Bagaimana pun keadaannya saat ini. Tak ada bedanya secara hakiki. Itulah dirinya yang sejati.

Kebenaran yang tak dapat dipungkiri bahwa manusia memiliki roh suci, hati nurani. Yang lebih berharga dari mutiara mani. Semua sama karya Sang Ilahi.

Tubuh ini palsu belaka. Perilaku yang ada hanya sementara. Yang membedakan roh suci ini hanyalah keberadaannya saja.

Berada di permukaan, sehingga tampak oleh mata. Berada di dalam lumpur, sehingga seakan tak nyata. Tampak kotoran yang ada. Bisa juga karena debu-debu yang menutupinya, sehingga seakan sinarnya tak menyala.

Seperti awan yang menutupi sinar matahari, sehingga sinarnya tak sampai ke bumi. Bukan sinar matahari tak ada lagi, di balik awan tetaplah bersinar sang mentari.

Ibarat permata yang sudah berkilau sejak semula. Walau tertimbun lumpur dan debu tetap akan berharga. Ketika debu dan kotoran disingkirkan, maka nilainya tetap akan sama. 

Kehidupan memang seringkali menipu karena diri yang tak mengerti. Menganggap yang tampak itu yang berharga, yang tak terlihat itu tiada. Tak menyadari bahwa yang tampak mata itu palsu dan tak terlihat malahan adalah yang asli.

#refleksihatiuntukmenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun