Jadi bisa dikatakan  Ratna Sarumpaet adalah korban sebenarnya atas ambisi mereka. Seperti kita tahu, justru mereka yang mengaku sebagai korban. Ini seperti maling teriak maling, bukan?
Mereka lalu minta maaf dan mendapat gelar sebagai ksatria dan mencampakkan Ratna Sarumpaet di balik jeruji besi yang panas-dingin. Cuci tangan dan mulut  bersih-bersih.
Mereka ingin  menganggap kasus ini sudah selesai dan Ratna Sarumpaet harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Alih-alih mengerahkan ratusan atau mungkin ribuan pengacara untuk membelanya. Ini ibarat habis manis sepah dibuang. Bukankah ini kekejian yang sesungguhnya seperti yang mereka teriakan?
Bisa jadi sakit yang dirasakan atas perlakuan ini lebih sakit daripada sakit akibat penganiayaan.
Beginilah dunia ini. Bila tidak waspada akan terlena dalam perputarannya. Kebimbangan melanda hati. Emosi yang menjadi kendali. Ambisi menguasai. Melakukan apapun jadi. Kebenaran dipermainkan sesuka hati. Namun kebenaran pula akhirnya akan terbukti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H