Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ditabrak

31 Agustus 2018   11:30 Diperbarui: 1 September 2018   14:51 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang zaman orang - orang mengendarai kendaraan serba maunya cepat, kejar waktu seperti dunia mau kiamat. Main potong jalur orang atau mau tabrak bodoh amat. Yang penting modal nekat.

Siang itu saat tiba di pertigaan jalan dan sedang menunggu kendaraan dari arah lain lewat, motor saya ditabrak motor lain dari belakang. Spontan saya menengok dan rupanya seorang bapak - bapak yang berbondengan dengan seorang anak perempuan.

Saya tatap agak lama. Apa reaksi bapak itu? Tanpa sedikitpun reaksi dan ekspresi. Diam dalam wajah yang kaku. Ingin saya tegur, namun tertahan. Kendaraan lain sudah mulai jalan.

Saya sengaja jalan agak melambat. Bapak itu dengan cepat melewati saya. Lagi - lagi tanpa reaksi atau ekspresi apapun. Orang apa ini, pikir saya. Rasanya ingin marah.

Lalu saya mengingat kembali  ke peristiwa yang saya alami sendiri bila menabrak kendaraan lain. Reaksi pertama pasti akan pasang senyum, lalu angkat tangan sebagai kode sambil mengatakan permintaan maaf.

Saya pikir lagi, kalau bapak itu melakukan hal yang sama, paling tidak tersenyum, pasti saya juga akan baik - baik tak memersalahkan. Karena berpikir saya juga pernah melakukan hal yang sama.

Setiap orang memiliki sifat yang berbeda, bisa memahami itu jauh lebih penting daripada berharap orang lain bersikap sama dengan kita.

Membandingkan - bandingkan sifat orang itu sungguh bukanlah tindakan yang baik. Karena kenyataannya setiap manusia pasti memiliki sifat yang berbeda. Ini adalah niscaya.

Ketika ingin marah juga, lantas berpikir, namanya juga manusia. Mungkin sudah sifatnya begitu. Marah juga percuma. Kalau dia mau terima. Bila tidak bisa ribut jadinya. Padahal kalau mau marah juga, tak masalah ya? Tinggal berdalih saja, saya juga masih manusia!

Kesimpulannya, setiap manusia memiliki dua sisi, yakni sifat baik dan buruk, masalahnya adalah soal sisi mana yang mau kita pilih menjadi perilaku hidup sehari - hari.

||Pembelajarandarisebuahperistiwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun