Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Berani Ikhlas?

16 Juni 2018   08:07 Diperbarui: 16 Juni 2018   08:06 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana rasanya di tengah malam mengalami motor mogok? Sudah lelah seharian berpergian, ketika hendak pulang tiba-tiba motor malah mogok. Kejadian ini berulang, setelah beberapa waktu mengalami. Ada apa gerangan?  Saya berusaha bersabar dan tentu berharap Tuhan mengirimkan 'dewa penolong' seperti sebelumnya.

Sekian lama berusaha dengan berbagai cara tak ada hasil. Masih beruntung suasana masih cukup ramai walau waktu sudah melewati tengah malam, kebetulan juga pas malam takbiran.

Saya hanya bisa berusaha pasrah, kondisi sudah sangat lelah dan kantuk sudah menyerang. Akhirnya muncul juga seorang pengendara ojek online Grab yang menurut pengakuannya baru keluar.

Setelah sedikit basa-basi, ia mencoba tes kondisi aki. Masih ada setrum. Tetapi ia mau mencoba dengan menggunakan aki dari motornya. Sayang malah tak bisa dibuka bautnya. Belum jodoh, ia mengatakan untuk menghibur.

Ya, sudah cara terakhir dan terpaksa dilakukan dengan 'stut'. Karena ia tidak ahli, saya yang melakukan dengan mengendarai motornya. Sebenarnya saya juga belum pernah melakukan, cuma suka memerhatikan orang lain yang melakukan. Sekali mencoba ternyata bisa, walau kaki harus menahan kelelahan.

Setengah perjalanan melihat kondisi ini, ia memberi ide, bagaimana kalau ditarik saja? Eh, saya baru ingat ternyata di jok kendaraan ada tali plastik. Apa salahnya dicoba?

Rupanya dengan cara menarik lebih susah daripada 'stut'. Namun dengan sabar dan perlahan-lahan, sampai juga sampai tujuan. Lega rasanya, segala lelah lenyap seketika.

Sebagai tanda terima kasih, saya hendak memberikan sedikit uang. Saya katakan untuk membeli minuman. Apalagi ia mengatakan baru online untuk mencari rejeki malam itu.  Sungguh kejutan, kawan ini dengan keras menolak. Ketika saya sodorkan, spontan kedua tangannya dilipat ke belakang.

Ia tidak mau menerima, sebab,"Saya ikhlas menolong Abang!" Itu yang dikatakannya. Ikhlas? Apakah saya sendiri masih punya?

Kalau saya di posisinya, pasti sulit untuk menerima pemberian itu. Karena akan berpikir itu pantas dan anggap saja sebagai rejeki.

Seumur-umur, dalam berbagai kesempatan ketika saya memberikan uang sebagai tanda terima kasih atau apalah namanya, boleh dibilang, tak pernah menemukan ada yang berani menolaknya. Ya, baru kali ini. Ada juga yang mengatakan ikhlas di mulut tetapi tangannya tetap gesit menerima uangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun