"Wah...benar, Guru. Dosa itu nikmat dan selalu menggoda. Kalau membencinya apa kata dunia?"
Mendengar jawabanku Sang Guru tetap tenang dan tersenyum. Rona wajahnya selalu memancarkan kedamaian.
"Sahabatku... begitulah manusia yang masih terikat oleh nafsu-nafsu keinginannya, sehingga belum mampu untuk tidak serupa dengan dunia ini. Kesadaran tidak bisa dipaksakan. Ibarat buah ia akan masak pada waktunya. Tetapi itu jangan jadikan alasan untuk terus terlena dan terjebak dalam permainan dunia. Harus ada kemauan, tekad dan ikrar yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan ini."
Aku mengangguk-angguk entah mengerti atau mengantuk karena kelelahan mendengar kata-kata Sang Guru. Bisa jadi juga mengangguk sebagai tanda setuju bahwa diriku masih hidup dalam serupa dengan dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H