Tak disangka langsung saya disindir,"Emangnya kamu warga Jakarta? Ngapain juga urusin soal Tanah Abang?"
"Emangnya kamu ngomongin soal Tanah Abang urusannya bisa selesai?" keroyok teman satu lagi.
Wah, langsung malu sendiri. Dua lawan satu ya saya lebih baik menyerah. Daripada bonyok bibir saya gara-gara harus berdebat. Ganti haluan.
Dengan kejadian ini saya berpikir mungkin ini saatnya harus belajar jadi manusia amfibi, manusia yang bisa hidup di dua alam. Alam dunia nyata dan alam dunia maya. Bisa selalu menyesuaikan keadaan. Di alam nyata hidup dengan kenyataan dan di dunia maya untuk mencari eksistensi atau untuk cari pelarian.Â
Tetapi sebenarnya hiruk-pikuk dunia maya bisa menjadi candradimuka bagi kehidupan. Tempat untuk melatih dan menempa diri. Belajar menumbuhkan sikap arif. Bagaimana bisa menjaga perilaku dengan tidak berlindung di balik kepalsuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H