Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Kate dan HP Kesayangannya (katanya: edisi tak jelas)

30 Desember 2015   15:10 Diperbarui: 1 Januari 2016   12:39 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si Kate dan HP Kesayangannya  (katanya: edisi tak jelas) ~ 11:22 30 Desember 2015 

Peringatan: Tulisan kisah Si Kate tidak berkepentingan membuat Anda tertawa berguling-guling sampai nungging atau terkencing-kencing. Apalagi membuat mati ketawa ala orang sinting. Tapi hanya mengingatkan, tertawa itu memang  penting. Biar hidup ini tidak garing.


Ceritanya panjang kenapa catatan tentang si Kate dan HP kesayangan sudah lama  menghilang bak ditelan ikan hiu di samudra nan luas. Jadi tak usah saya ceritakan panjang kali lebar, kawan.

Yang jelas ceritanya si Kate sekarang lagi getol bikin puisi. Katanya sih buat refleksi diri dari suara hati. Itu katanya loh. Katanya sudah insyaf menulis tentang politik dan agama yang bikin dia jadi rada-rada gila. Karena bisa bikin emosi dan banyak debat. Nulis puisi itu bikin  adem. Irit kata. Tak perlu lama-lama menguras otak dan banyak waktu.  Bahasanya ngaco juga malah dianggap indah dan inovatif.  Seperti kalimat "menambang kata". Menangnya batubara atau minyak bumi yang ditambang?

Ada lagi seperti kalimat "tikaman rindu menggoreng hatiku  berbuah kaldu yang menggebu". Membingungkan dan aneh tapi alih-alih dibilang syarat malah dipuji dalam maknanya. Paling tidak akan memeras otak untuk menemukan maksudnya. Padahal jelas-jelas aneh, mana ada menggoreng hasilnya kaldu?

Coba kalau menulis tentang politik atau agama kurang pintar dalam analisa dan opini bisa mentah-mentah dicap tak berkualitas dan sesat. Kalau puisi? Tak ada puisi sesat namanya. Malah kata-katanya makin menyesatkan makin dianggap keren. Bagaimana tidak menyesatkan? Ada puisi yang dibaca dari awal sampai akhir malah bikin bingung. Kagak ada yang dimengerti. Justru itu puisi yang keren bin paten katanya. Berkelas dan nyeni, katanya lagi.

Coba lagi tulis puisi seperti ini: bagaikan tambang Freeport yang menghasilkan mutiara kata sungguh memerkaya jiwa.
Pasti bakal dibilang dalam, mantap, inspiratif, menarik, kreatif, inovatif dll. Yang biasa irit komentar pun tak segan dan rela untuk bilang sip. Paling tidak juga akan menyimak dan menduga-duga maksudnya apa.

Nah, coba kalau tulisan politik pas heboh papa minta saham kemarin ada yang menulis "seperti Freeport  yang menghasilkan mutiara kata dan memerkaya jiwa"
Paling tidak yang baca akan berpikir mungkin salah eja. Kalau yang sadis ya pasti langsung menghujat penulisnya  gobloki.  Mana  ada Freeport menambang mutiara. Mutiara sih adanya di laut coy!

Katanya lagi si Kate itu mengidolakan Kahlil Gibran pujangga besar dari Timur Tengah sana. Beliau sih memang penulis kelas dunia dan semua orang yang bergelut dalam dunia menulis pasti tahu.   Si Kate? Aja gile, dari dulu sampai kini kagak ada tulisannya yang bau-bau Kahlil Gibran. Jauh. Heran. Lucu juga.
Kalau penulis mau bilang malu-maluin ya kasihanlah.

Si Kate sih ada lumayannya. Semangat menulis bolehlah. Tak malu walau bermodal HP jadul. Saban hari dielus-elus dikasih minyak kayu putih lagi biar kinclong dan bersih.  Padahal dibeli cuma dua ratus lima puluh ribu. HP bekas yang sudah layak dimuseumkan. Karena ada bagian yang sudah tak berfungsi lagi. Buat si Kate sih yang penting murah dan bisa buat menulis.

Tetapi di tangan si Kate jadi HP kesayangan karena setiap hari setia dipencet-pencet pasrah dan rela. Hasilnya  sudah ratusan tulisan jadi koleksi. Seperti pendahulunya Nokia 3120, E63 dan E75 yang jadi HP kesayangan si Kate yang nyaman diketik dengan menggunakan teks prediktif T9, HP kesayangan si Kate yang sekarang LG Optimus mempunyai fungsi yang sama, sehingga memudahkannya menambang kata setiap saat. Batu akik kali ditambang segala. Maklum, ketularan si Kate. Ampun dah.

Dari bocoran yang katanya _sepantasnya dikasih judul "katanya" ini_ si Kate beralih menulis puisi rasanya lebih damai dan bisa menjadi jembatan untuk melembutkan hati.  Sekalian puisi sebagai perahu untuk menyeberang menuju pencerahan menggapai puncak gunung kesadaran di bukit keheningan.

Loh kenapa jadi tak jelas begini? Ada jembatan, perahu dan gunung maksudnya apa? Namanya juga edisi tak jelas. Jadi usah ada penjelasan!

 

 

Sedikit Cerita Tentang Si Kate

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun