Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asap

16 Oktober 2015   07:38 Diperbarui: 16 Oktober 2015   08:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah kita juga sadar akan asap yang mengepul dalam diri kita yang sudah sekian lama mengganggu kesehatan jiwa?   

Asap yang timbul akibat terutama emosi kita yang semakin hari semakin memuncak. Belum lagi asap yang berasal dari mengumbar nafsu-nafsu lainnya. 

Dimana kondisinya lebih parah dengan asap nyata di Pulau Sumatra. Apa sebab? 

Apakah Kita Peduli dan Prihatin dengan Asap di Dalam Diri?  

Kita bisa prihatin, peduli, marah dan merasa miris dengan kondisi asap yang jauh di seberang. Apakah kita juga peduli dan prihatin dengan kondisi asap di dalam diri kita yang sudah membumbung dan bahkan bisa jadi sudah pekat yang terjadi setiap hari? 

Apakah kita juga sadar akibat asap ini membuat jiwa kita 'sesak nafas' dan tercekat?

Bila ada kerendahan hati boleh sejenak kita duduk dan merenungkan dalam-dalam. 

Berapa banyak terjadi kebakaran dalam diri kita yang menciptakan asap dan meracuni diri sendiri? Kemarahan, kebencian, keserakahan, kedengkian, kebohongan, perbuatan dan pikiran yang menimbulkan efek negatif. Semua itu merupakan sumber asap. 

Apakah kita sadar bahwa masalah asap ini juga memerlukan penanganan serius? Bukan oleh pemerintah atau bantuan dari negeri tetangga. Tetapi adalah dari kesadaran sendiri. 

Yang lebih memrihatinkan adalah bila kita masih nyaman dengan kondisi diri yang penuh asap ini. Suka mencaci-maki masih riang tertawa. Mudah menumpahkan emosi dan menyebar benci masih merasa tidak bersalah. Nafsu keserakahan merajalela, sehingga merugikan orang lain masih merasa tak apa-apa. 

Asap-asap yang membumbung yang timbul akibat emosi, serakah, benci, dengki dll telah menutupi jiwa, sehingga membuat kita tak murni lagi kita bersikap. Sebab jiwa kita yang suci tak lagi bisa menjadi tuan rumah. Logika pemikiran, keegoan dan nafsu menjajah. Semua tampak jelas dalam perilaku keseharian kita.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun