Asap akibat kebakaran hutan memang membuat kita prihatin dan peduli karena sangat mengganggu perekonomian dan kesehatan. Apakah asap akibat kebakaran perilaku yang negatif diri juga membuat kita prihatin dan peduli?Â
Asap Akibat Unsur PembiaranÂ
Ada julukan baru untuk negeri kita. Negeri Asap. Miris memang. Ini akibat setiap tahun di negeri kita, khususnya di Pulau Sumatra kehadiran asap sudah jadi langganan. Berhubungan dengan asap ini ada lelucon yang menghadirkan senyum kecut. Yakni istilah 'wisata asap'.Â
Sejatinya urusan asap ini bukan setahun-dua tahun. Tetapi sudah sekian tahun menjadi momok. Mengapa setelah muncul asap baru ramai menangani. Padahal masalah bisa diatasi sebelum asap itu ada.Â
Sebab kebakaran hutan atau lahan gambut ada unsur kesengajaan. Mengapa bukan unsur ini yang ditangani? Masalahnya adalah ada unsur pembiaran. Itu poinnya. Bila akar masalah tidak serius ditanggapi, maka setiap tahun akan muncul masalah yang sama.Â
Di sinilah kita tunggu ketegasan pemerintah untuk membereskan akar permasalahannya dengan tuntas, sehingga urusan asap ini tidak lagi menjadi rutinitas kehadirannya setiap tahun.Â
Asap di Dalam Diri KitaÂ
Urusan asap setidaknya sedikit banyak telah menguras energi kita. Keprihatinan, kepedulian, kemarahan ataupun sekadar saling menyalahkan. Â
Kita prihatin dengan gangguan kesehatan yang dialami mereka yang berada di dekat atau sekitar lokasi. Bahkan jauh ke seberang negeri. Asap ini tidak pilih-pilih siapa yang akan menghirup. Belum lagi akibat asap ini sangat mengganggu jadwal penerbangan. Bayangkan bila ada yang urusan penting dan mendesak, sedangkan pesawat tidak bisa terbang?Â
Ada yang peduli dengan turun tangan langsung atau menyalurkan bantuan. Melakukan gerakan peduli asap atau mengumpulkan bantuan. Ada pula yang marah-marah kepada pemerintah yang dianggap tidak becus menangani masalah ini. Kita pun melampiaskan kemarahan kepada pada pemilik perkebunan yang kita anggap sebagai biang kerok semua ini.Â
Semua ini gara-gara asap dan membuat kita sadar ini adalah masalah serius.Â