[caption id="attachment_301806" align="aligncenter" width="300" caption="@arimbibimoseno.com"][/caption]
Sebuah buku yang sangat menggairahkan dan merangsang minat untuk segera membaca begitu melihat covernya. Dengan sampul bergambar bibir merah wanita yang merekah dan judul yang menantang membuat bibir ini tak mau diam dan jakun turun naik. Bayangkan, betapa membuat penasaran apa gerangan kisah yang ada di dalamnya.
Pada bab pertama saja kita sudah disuguhi adegan malam pertama Ananta dan Rachel yang merupakan tokoh sentral dalam novel ini. Selain Carla yang sudah dikisahkan menghembuskan nafas terakhirnya akibat penyakit yang diderita dan dipercepat atas ulah Rachel yang dimakan cemburu untuk menyingkirkan Carla lebih cepat, agar bisa merebut Ananta dari pelukan Carla.
Namun pada akhirnya Rachel yang cantik dan mapan itu harus menemui ajalnya dengan tragis dalam usia muda karena dihantui perbuatannya sendiri yang dirasuki cemburu.
Itulah sedikit gambaran novel terbaru karya saudara Erri Subakti dan Arimbi Bimoseno, duo penulis beken di Kompasiana yang kita kenal. Sebuah cerita yang belum usai sebenarnya.
Novel setebal 240 halaman terbitan Elexmedia Komputindo ini memang menjadi karya luar biasa sahabat kita ini karena ditulis tidak pakai lama. Ditulis dengan kedalaman jiwa dan penuh makna kehidupan. Novel yang tidak biasa tentunya. Tidak berlebihan jadinya bila bagi pecinta novel untuk menjadikan karya ini sebagai koleksi.
Beruntung bisa mengenal kedua sahabat penulis ini bukan hanya di dunia maya, di dunia nyata pun pernah bersua dan pernah menjadi teman diskusi dalam penulisan.
Dalam novel ini dari sekian banyak kata-kata kehidupan ada seuntai kata pada halaman 151 yang sangat merangsang minat  saya kutipkan untuk kita selami bersama:
maafkan dan lupakan
demi dada yang lapang
maafkan dan lupakan
demi jiwa yang tenang
maafkan dan lupakan
demi masa kini yang terang
maafkan dan lupakan
demi masa depan yang gemilang
maafkan dan lupakan
demi langkah yang ringan
maafkan dan lupakan
demi cinta yang membebaskan
Kecemburuan yang Mematikan
Bila hati sudah dibalut cemburu oleh cinta yang melekat, maka sulit ada kata memaafkan hati untuk melepaskan. Seseorang yang dilanda cemburu, maka akan bisa kehilangan akal sehatnya dan melakukan hal yang tak terduga demi meraih keinginannya.
Jadi maafkan dan lupakan demi cinta yang membebaskan, inilah obat yang menyembuhkan bagi hati yang cemburu. Ramu dan menjadi makanan untuk melembutkan hati.
Kecemburuan adalah penyakit  hati mematikan  sejak manusia ada. Bukan hanya dalam hal percintaan. Dalam hal lainnya hati yang cemburu seringkali membuat hidup tak nyaman.
Maafkan dan lupakan
Maafkan dan lupakan merupakan kata sakti yang sangat mengesankan bagi saya. maafkan dan lupakan demi dada yang lapang. Sebab kecemburuan dan kebencian itu menyesakan dada. Ia bagaikan batu yang menimbun dan sangat memberatkan. Ia dapat memacetkan aliran suara hati untuk melapangkan dada.
Bila kecemburuan masih menyesaki dada, maka jangan harap akan ada ketenangan yang diperoleh. Sebab itu maafkan dan lupakan demi jiwa yang tenang. Karena kecemburuan itu bagaikan rasa gatal yang membuat kita dalam kegelisahan. Ia bagaikan serabut yang tumbuh dalam hati, sehingga menyebabkan tiadanya ketenangan.
Dalam hati yang masih ada kecemburuan, maka pandangan menjadi tak jernih lagi. Akibatnya membuat kita tak lagi bisa jelas melihat, maka maafkan dan lupakan demi masa kini yang terang. Hidup diliputi kecemburuan, tak heran akan membuat kita acapkali gelap mati melihat persoalan.
Bila hati   dipenuhi kecemburuan,  pandangan       menjadi tak luas dan energi akan  banyak terbuang untuk sesuatu yang tak berarti,maka maafkan dan lupakan. Bukan demi siapa-siapa. Tetapi demi untuk diri sendiri dandemi masa depan yang gemilang.
Sekali lagi, bila tak bisa memaafkan dan melupakan kecemburuan yang ada, pasti akan membebani hidup. Tiada ketenangan dan timbul banyak masalah. Dengan demikian, langkah akan terasa berat menjalani hidup. Tidak jarang yang stress dan mengalami gangguan jiwa. Untuk itulah, maafkan dan lupakan demi langkah yang ringan.
Akhir kata, terima kasih yang teristimewa saya haturkan untuk Mas Erri dan Bu Arimbi yang sudah berkenan mengirimkankaryan yang luar biasa untuk menjadi bukan sekadar bacaan. tetapi memberikan kesempatan bagi saya untuk menyelami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H