Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kawan, Jadilah Orang Pertama yang Menghargai Tulisan Anda Sendiri

14 September 2013   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:55 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sungguh adalah hal yang wajar bila kita mengharap penghargaan dan perhatian dengan apa yang kita lakukan. Pada kodratnya memang demikian adanya makhluk yang bernama manusia.

Sungguh dapat dipahami bila hadir rasa kecewa bila apa yang sudah kita lakukan dengan sepenuh hati itu tak mendapat perhatian yang layak. Manusiawi sekali.

Masalahnya akan menjadi masalah ketika perhatian dan penghargaan yang kita nantikan tak memadai, sehingga menyebabkan munculnya rasa frustasi. Ini sudah berlebihan. Sudah tidak wajar lagi.

Di dalam dunia tulis-menulis pun hal ini terjadi. Bahwa kita yang menulis secara naluri berharap setiap tulisan kita akan dihargai. Ketika banyak yang membaca dan memberikan komentar serta nilai spontan muncul rasa senang dan bangga. Ada perasaan dihargai.

Sebaliknya ketika tulisan kita cuma dikunjungi dan dikomentari segelintiran orang diam-diam ada kekecewaan. Padahal sudah semalam suntuk kita menulis dengan tekun.

Bila ada yang mengatakan bahwa ia tidak peduli tulisannya dibaca atau tidak. Banyak komentar atau sedikit. Yang penting menulis saja. Kalau begitu kenormalannya sebagai manusia perlu dipertanyakan. Itu negatifnya.

Positifnya ia layak menjadi guru kita semua. Sebab tingkat kebatinannya sudah melebihi dewa. Tiada kemelekatan lagi dalam diri. Sudah mencapai kekosongan batin. Luar biasa.

Tak dipungkiri bila masih ada teman-teman kita yang kecewa berat sampai tingkat patah hati dalam menulis. Penyebabnya tiada lain merasa tidak mendapat perhatian atau penghargaan. Malahan bisa jadi malah diremehkan. Sakitlah hati.

Hukumnya, apabila kita selalu mengharap orang lain yang akan menghargai tulisan kita. Pada saatnya kita akan kecewa dan frustasi. Sakit hati melanda.

Oleh sebab itu pilihan yang paling baik adalah belajar menjadi orang pertama yang menghargai tulisan kita sendiri. Itu yang saya terapkan selama ini.

Walau ada yang menghina tulisan saya sebagai sampah saya tak perlu rela. Karena selalu ada hati yang saya letakkan dalam setiap tulisan.

Sebagai bukti, saya tidak pernah menghapus satu pun tulisan dari ribuan tulisan yang ada. Walau memang ada rasa kecewa ketika membaca kembali. Tapi saya tetap menghargai setiap tulisan yang telah tersaji. Lalu memperbaiki.

Selalu saya katakan pada diri sendiri bahwa orang lain boleh tidak menghargai atau menghina tulisan saya. Namun saya tidak akan membiarkan diri saya sendiri yang melakukannya. Tolong catat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun