Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Walau Saya Tidak Mampu, Masih Ada yang Lebih Tidak Mampu

26 Juni 2013   22:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:22 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bicara mampu atau tidak mampu berkenaan dengan kemampuan hidup memang relatif. Standar miskin atau tidak pun masih samar-samar.

Ada yang secara ekonomi tidak mampu. Tapi ia mampu menjalani hidup tanpa berkeluh-kesah. Ada yang secara ekonomi mampu. Tapi sepertinya tak mampu menjalani hidup dengan tiada habis mengeluh.

Ada yang kelihatan hidupnya miskin. Tapi ia tidak berusaha memiskinkin dirinya. Ada yang kelihatan banyak duitnya. Tapi selalu merasa miskin dengan tak pernah merasa cukup.

Kenyataan hidup memang ada yang jelas-jelas tidak mampu dan miskin secara ekonomi. Mereka sangat membutuhkan bantuan.

Ketika pemerintah berniat memberikan kompensasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak dalam bentuk bantuan langsung berupa uang tunai. Walau hanya kisaran ratusan ribu. Kabar itu sudah seperti setetes air di gurun gersang.

Tidak heran ketika hendak dibagikan secara langsung banyak yang rela berpanas-panas mengantri. Menahan haus dan lapar dari pagi sampai siang. Ya, karena mereka memang membutuhkan.

Berkenaan dengan adanya pembagian BLSM oleh pemerintah saya iseng-iseng bertanya pada seorang satpam di tempat kerja.

"Bapak udah terdaftar sebagai penerima balsem?"

"Apaan tuh balsem," jawabnya sedikit bingung.

"Itu tuh yang bantuan dari pemerintah!" terang saya.

Pak satpam baru ngeh dan senyum-senyum. "Oh, itu. Gaklah. Saya belum butuh."

"Loh, bukannya kamu termasuk orang kurang mampu juga?" pancing saya.

"Iya sih. Saya termasuk orang yang kurang mampu. Tapi masih banyak yang lebih tidak mampu dari saya. Biarlah bantuannya itu buat mereka aja."

Saya menyindir,"Masih bisa berpikir waras juga kamu!"

Memang seharusnya yang merasa masih mampu memberikan kesempatan pada yang lebih tidak mampu. Bukannya menutup kesempatan mereka untuk mendapatkan bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun