Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Admin Lebih Berterima Kasih Pada Raizo dan Tidak Meminta Maaf Pada Korban Peretasan?

18 Maret 2013   08:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:34 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Atas keberhasilan kompasianer Raizo meretas beberapa akun di Kompasiana, pengelola Kompasiana yang diwakili oleh Pak Pepih Nugraha sampai perlu mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi.

Raizo dianggap bak pahlawan karena telah menunjukkan kelemahan IT Kompasiana, sehingga bisa segera diperbaiki. Terasa aneh. Padahal selama ini bukan rahasia lagi IT Kompasiana bermasalah sepanjang tahun.

Terlepas dari anggapan pengelola Kompasiana bahwa Raizo adalah pahlawan dengan apresiasi yang begitu tinggi. Yang cukup mengheran adalah tidak adanya empati kepada kompasianers yang telah menjadi korban peretasan akibat lemahnya sistim IT Kompasiana.

Padahal sudah ada kompasianer yang merasa ketidak-senangan dan ketidak-nyamanan akibat akunnya berhasil dijebol oleh Raizo. Selain itu yang tidak menjadi korban pun was-was dengan keamanan IT di Kompasiana yang demikian mudah dijebol.

Bagaimana bila ada pengguna yang secara diam-diam mencuri data-data para kompasianer? Masih 'beruntung' Raizo yang melakukan keisengannya dan kemudian menggumumkannya.

Di sinilah timbul pertanyaan. Jelas-jelas apa yang dilakukan Raizo melanggar etika. Alih-alih mendapat teguran, malahan mendapat ucapan terima kasih.

Dalam hal ini, empati dari pengelola Kompasiana kepada kompasianers yang merupakan aset yang menjadi korban tidak terlihat. Apa karena persepsi pengguna Kompasiana ibarat penguni kost gratisan masih berlaku?

Karena tidak adanya rasa empati ini. Dampaknya adalah reaksi ketidak-empatian kepada pengelola Kompasiana. Bagaimana tidak? Karena Kompasiana dianggap lebih menghargai 'pengacau' daripada 'terkacau'.

Semoga menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua dan semoga kompasianers masih dianggap sebagai aset berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun