Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar Hidup Bahagia dari Tjiptadinata Effendi

4 September 2013   12:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:22 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membuka buku karya seorang sahabat,  Pak Tjiptadinata Effendi "Your Choice Is your Life - Pilihan Anda Akan Menjadi Hidup Anda" pada halaman awalnya saja sudah ditemukan kalimat yang membahagiakan tentang filosofi hidupnya.

Dimana filosofi yang sudah menjadi standar keseharian dalam hidup Pak Tjiptadinata. Semua tergambar dari raut wajahnya yang tetap segar dan ceria walau sudah memasuki usia kepala 7 serta dengan apa yang beliau lakukan selama ini.


Pada bait pertama tertulis: Life is to share. Hidup adalah untuk berbagi.

Orang yang mengerti hakekat hidup, pasti mendedikasikan hidupnya tidak untuk diri sendiri atau keluarganya. Tetapi untuk menjadikan hidupnya berarti, maka berbagi adalah menjadi tujuan. Dalam hal ini tentu berbagi dalam kebaikan.

Berbagi bisa apa saja tentunya hang bermanfaat bagi orang lain dan kehidupan. Tidak harus dalam bentuk materi. Berbagi semangat, pengalaman, ilmu, informasi dan kegembiraan misalnya.

Berbagi dengan hati yang ikhlas, maka kebahagiaan akan datang dengan sendirinya. Apalagi pada saat melihat mereka yang telah merasakan manfaatnya.


Jangan pernah mencoba mencari kebahagiaan hanya untuk diri Anda sendiri, karena tidak akan pernah Anda temui sampai ke ujung dunia.

Mutiara kalimat selanjutnyanya pada halaman awal ini untuk lebih melengkapi filosofi berbagi yang disebutkan di awal.

Bahwa ketika hidup kita hanya untuk mencari kebahagiaan demi diri sendiri, maka kebahagiaan itu sejatinya tidak akan kita temukan.

Apakah kita tetap masih dapat menikmati kebahagiaan sementara di kiri-kanan banyak yang masih hidup dalam kekurangan dan penderitaan?

Kalau bisa itu terjadi petanda kita manusia yang tidak punya perasaan dan nuraninya tidak berfungsi lagi. Kebahagiaan yang ada hanyalah kesemuan.

Kebahagiaan bukan dicari. Tetapi dibagikan. Dengan demikian akan semakin banyak kebahagian yang datang mengisi hidup kita.

Sesungguhnya kebahagiaan itu tak perlu dicari. Sebab sudah berada pada dasar hati kita tinggal bagaimana mengelola dan memanfaatkannya saja.

Mutiara hati Pak Tjiptadinata untuk menikmati kebahagiaan yang sejati adalah:

Dengan uang Anda dapat membeli sebuah kesenangan, tapi bukan kebahagiaan. karena kebahagiaan hanya akan tercipta bila kita mampu bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki.



Walau kita sepakat bahwa uang bukanlah sumber utama untuk menjadikan hidup kita bahagia. Tetapi ada saja dari kita yang menjadikan mencari uang itu sebagai tujuan hidup untuk meraih kebahagiaan.

Lucunya demi mencari uang yang dianggap akan mendatangkan kebahagiaan sampai harus mengorbankan kebahagiaan yang sudah ada di depan mata.

Padahal kalau cuma untuk menikmati hidup bahagia tidak perlu mengejarnya ke mana-mana. Cukup bersyukur dengan apa yang dimiliki sudah akan mendatangkan kebahagiaan yang melimpah.

Bersykur bukan sekadar ucapan. Tapi berasal dari ke dalaman hati, maka segalanya akan terasa nikmat.

Namun berapa banyak dari kita yang mampu selalu bersyukur dalam segala keadaan?

Ketika sedang menyelesaikan tulisan ini, tiba-tiba hujan turun. Seorang karyawan wanita yang melintasi di depan saya langsung berujar,"Aduuuh kok hujan sih?"

Belakangnya seorang karyawan lelaki menyambung,"Ya hujan, baru mau beli makan!"

tak tahan saya menyahuti,"Husss dikasih hujan malah  mengeluh. Bukannya bersyukur!"

Karyawan ini langsung menutupi bibirnya. Mungkin merasa bersalah mengucapkan kata-kata barusan.

Mau bahagia itu itu gampang sebenarnya. Tapi susah untuk memiliki hati yang bersyukur. Bukan begitu saudara-saudari?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun