Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyelami Kehidupan Bersama Bunda Teresa

23 Juli 2013   10:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:10 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti ada saja kekurangan dan kesalahan yang menjadi penghalang untuk kita dapat menerima sepenuhnya. Karena setiap orang ada nilai merah di mata kita.

Acapkali hasil penilaian itu justru akan menjadi sumber penghakiman bagi kita. penghakiman membuat kita tidak dapat melihat dengan mata kebenaran. Bahwa setiap manusia pasti ada kekurangannya.

Ketika ada kesediaan untuk menerima seseorang dengan hati apa adanya dan bagaimanapun keadaannya, maka itulah saatnya cinta kasih dapat bersemi.

Setiap dari kita pasti memiliki benaih cinta kasih untuk menyayangi. Masalahnya kita yang enngan untuk menyemaikannya dalam kehidupan kita atas nama keegoan dan juga kebencian.

>> Jika kita tidak bisa mencintai orang-orang yang dapat kita lihat, Bagaimana kita bisa menyintai Tuhan yang tak terlihat?

Tegasnya, omong kosong kalau mengaku menyintai Tuhan yang tidak kelihatan, tetapi kepada sesama yang kelihatan tidak sanggup menyintai.

Praktik nyata dari pengakuan menyintai Tuhan adalah dengan menyintai sesama tanpa melihat fisik, ras, golongan ataupun agamanya.

Apalah gunanya setiap hari beribadah dan sujud memuja Tuhan, sementara tetangga hidup kelaparan tak dipedulikan?

Apalah artinya setiap hari memuji Tuhan dan mengumandangkan ayat-ayat suci di dalam rumah ibadah, tetapi di luaran mencaci-maki sesama?

Semoga tumbuh kesadaran ini dalam setiap hati kita bahwa menyintai sesama itu termasuk kewajiban kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun