Kita sering tertipu ketika uang yang menjadi standar kebaikan. Padahal uang justru seringkali menjadi sumber kesalahan. Sebab uang membuat kita menjadi tidak obyektif lagi dalam menilai.
Terlepas dari kebenaran siapa yang benar soal perseteruan Adi Bing Slamet dengan Eyang Subur. Yang menarik bagi saya adalah pembelaan dari orang-orang dekat dari Eyang Subur yang sudah mendapat kebaikan berupa mobil dan uang.
Mereka menggambarkan Eyang Subur sebagai sosok yang baik karena sangat dermawan atas harta benda yang mereka terima selama ini.
Harta benda atau uang memang menjadi senjata yang memabukan. Dengan uang kita dapat menjadi sangat baik di mata orang lain. Dengan uang kita akan dipuja dan dianggap sebagai dewa penolong terlepas apa motif di baliknya.
Dengan kucuran uang pun kita dapat menghapus kesalahan dan keburukan. Dengan uang pula dapat membutakan untuk melihat segala sesuatu dengan obyektif.
Hal ini benar-benar dimanfaatkan mereka yang pintar untuk menipu dan memperbudak orang lain. Lihatlah mereka demi untuk mendapat dukungan menjadi pejabat atau anggota legislatif. Tanpa segan mengeluarkan banyak uang.
Para pejabat setelah mencuri uang negara lalu untuk menutupi kesalahannya dengan membagikan sedikit saja pada orang di sekelilingnya, maka ia sudah dianggap sebagai dermawan.
Ketika tertangkap, mereka akan membela mati-matian sebab dianggap sebagai penolong mereka selama ini. Mereka tidak tahu, bahwa uang yang mereka nikmati selama ini adalah hasil curian.
Ada lagi seseorang dianggap baik karena begitu dermawan memberikan uang bagi sekelompok pemuda yang suka minum-minuman keras.
Ia bak dewa penolong bagi para pemuda itu sebab telah membuat mereka bisa menikmati minuman keras. Padahal mereka hanya ingin dimanfaatkan oleh kepentingan 'si dermawan' tersebut.
Sama halnya juga banyak paranormal sesat pun dianggap sebagai orang baik oleh sekelompok orang. Karena telah memberikan banyak keuntungan berupa materi. Padahal untuk mendapatkannya mereka telah dijerumuskan dalam kesesatan. Ditipu dan diperbodoh.
Begitulah umumnya yang berlaku. Ketika kita berlaku royal dan dermawan dengan uang akan dengan mudah disebut orang baik.
Ketika kita suka menyuap sana-sini untuk aparat demi kelancaran bisnis. Kita pasti akan dipandang sebagai orang baik dan segalanya akan dipermudah.
Sebaliknya ketika kita berlaku 'pelit' dalam sogok-menyogok, maka kita akan dipandang sebagai orang yang tidak baik.
Padahal orang-orang yang dianggap baik itu justru menjadi sumber kesalahan hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H