Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbohong Menjadi Indah, Mencuri Menjadi Keseharian

12 November 2013   08:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:17 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Standar moral kebenaran yang kita terima atas keyakinan sudah jelas: Jangan berbohong dan jangan mencuri. Secara sadar kita menerimanya sebagai pedoman hidup.

Namun dalam perjalanan waktu dimana otak terus berperan, akal sehat perlahan tergerus dan hati manusia kita terus-menerus mendapat bisikan untuk memperdaya suara nurani.

Standar moral hidup kita pun mengikuti jaman. Dimana pembenaran menjadi standar. Apa yang tidak boleh dilakukan menjadi sah saja dengan kalimat sakti 'tidak apa-apa'.

KEBOHONGAN yang INDAH

Kebohongan atau menipu yang dibuat sedemikian rupa demi meraih keuntungan pun menjadi santapan keseharian. Kita yang masih polos, bisa saja sudah pernah dibohongi oleh iklan-iklan di televisi. Lucunya ketika kita yang merasa dibohongi justru harus disalahkan.

Kebohongan pun kini bisa dibalut dengan janji-janji setinggi langit. Anehnya sekarang ini justru menjadi kebiasaan pejabat atau politisi kita. Mengapa bisa dikatakan kebohongan? Karena janji itu memang sengaja dibuat seindah mungkin yang tak lain untuk memikat dan menipu.

Secara tanpa sadar pun kebohongan itu menjadi pengajaran kita kepada anak-anak. Misalnya kita berpesan,"Kalau ada yang cari bilang tidak ada ya."

Ketika anak berhasil melakukan tugasnya, kita malah memberi pujian,"Bagus, anak pintar!" Kebohongan menjadi sesuatu yang layak dipuji.

Sebagai pekerja boss ingin anak buahnya jujur bekerja. Tapi pada saat yang bersamaan juga mengajarkan kebohongan kepada karyawannya. Apakah kita merasakan?

Pernah ketika saya berkata apa adanya kepada pelanggan, boss malah protes,"Jadi orang jangan terlalu jujur."

PENCURIAN SUDAH JADI MAKANAN SEHARI-HARI



Bisa jadi sayur yang terhidang di meja makan kita diperoleh dari hasil mencuri. "Oh, tidak. Uang yang kami dapat dijamin halal kok." Tapi mungkin kita lupa, saat pagi-pagi belanja, kita menambahkan lagi beberapa biji bawang atau cabai tanpa sepengetahuan penjualnya.

Sebaliknya bisa juga makanan yang kita makan ada peran dari hasil pencurian dari mengurangi hasil timbangan dari apa yang kita jual.

Lagi-lagi tanpa sadar, saat pulang kerja kita membawa beberapa lembar kertas atau sebiji pensil untuk anak kita tentu saja tanpa melapor dahulu kepada boss.

Karena sehari sebelumnya kita marah anak kita di sekolah mengambil pensil temannya. Sebagai orangtua merasa malu.

"Ini pensilnya, Nak. Besok-besok jangan ambil punya teman lagi ya. Jangan mencuri barang orang lain ya, Nak! Tidak baik itu."

@refleksihatidipagihari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun